My Beauty Psychopat

Wanita Lain Terlihat Cantik di Matamu
Sumber :
  • pexel

Ia mengambil pisau dapurnya yang berwarna hijau. Pisau pilihan Ibas. Ia memilih sembari berkata , “biar enak kalau besok-besok kamu masakin aku. Apalagi kan ini warna kesukaanku.” Sabrina kemudian tersenyum sinis. Ia semakin bulat akan keinginanya yang telah lama ia pendam.

Honor GT2 Bakal Hadir dengan Baterai “Gila” 9.000mAh: Flagship Tenaga Kuda yang Bisa Tahan Tiga Hari
Kenapa Waktu Terasa Lebih Cepat? Begini Penjelasan Psikologi

Sabrina kemudian kembali menghampiri Ibas, menaruh kopi disampingnya. Ia kemudian melanjutkan menatap Ibas bekerja.

3 Cara Sederhana dan Efektif untuk Memperjelas Foto Buram di iPhone

“Kamu nggak capek liatin aku terus?” Tanya Ibas kemudian.

“Kamu istirahat dulu kek. Aku kan juga mau ngobrol tau.”

Ibas kemudian menuruti Sabrina. Ia kemudian duduk bersandar ke tembok, menikmati kopi buatan Sabrina dan menaruhnya kembali. “Jadi, mau ngobrolin apa?”

Ibas tertidur setelah lama mengobrol dengan Sabrina. Ia memang kurang tidur satu minggu ini. Pekerjaannya yang menumpuk dan sering lembur membuatnya tak cukup tidur. Sabrina pun mengankat kepala Ibas ke bantal yang ia ambilkan dari kamar, membereskan pekerjaan Ibas yang masih berserakan, kemudian menutup layar laptop Ibas.

Sabrina memandangi kekasihnya yang telah bersamanya selama tujuh bulan terakhir. Ibas dan Sabrina sama-sama cuek seperti kata teman-temannya. Sayangnya Ibas memiliki kadar kecuekan yang lebih parah daripada Sabrina, bahkan terkadang teman-teman Sabrina memandang Ibas tak peduli hanya karena Ibas jarang berkirim pesan atau bahkan mengabaikan pesan Sabrina.

 Ibas memiliki tinggi badan 180cm, berkulit sawo matang khas orang Jawa. Dahi Ibas lebar terkadang menjadi becandaan Sabrina yang menyebutnya lapangan parkir, tulang hidungnya yang menonjol, membuat Ibas memiliki hidung lebih mancung, dan pipi Ibas yang mulai berisi beberapa bulan terakhir.

Sabrina tak hentinya memandangi wajah kekasihnya itu. Hasrat yang selama ini dipendamnya kemudian muncul. Ia kemudian berdiri, berjalan menuju dapur, menyalakan kompor dan kemudian menaruh panci berisi air ke atasnya kompornya.

Ia kemudian memasukkan bahan-bahan yang ia siapkan ke dalam panci berisi air mendidih. Ia pun kemudian menghampiri Ibas yang tertidur pulas dengan membawa pisau dan mangkok ditangannya. Tak lama kemudian, ia duduk bersila dekat dengan Ibas.

“Sayang, maaf ya.” Sabrina berbisik di telinga Ibas. Kemudian ia mengiris daging di pipi Ibas tipis-tipis, menyisakan darah yang kini mengalir. Ibas merintih kesakitan, tetapi entah mengapa ia tak bisa membuka matanya.

Halaman Selanjutnya
img_title