Vino G. Bastian: Antara Legacy Wiro Sableng, Cinta Abadi, dan Perjalanan Spiritual Sang Aktor Kimia

Vino G. Bastian
Sumber :
  • Youtube

Olret – Nama Vino G. Bastian selalu identik dengan aktor berkarakter yang totalitas. Namun, di balik layar lebar, ia adalah seorang anak, suami, dan ayah yang sangat menjaga nilai-nilai hidup.

Bukan Lagi Sekadar Aktor: Perjalanan Emosional Reza Rahadian di Balik Layar Lewat Film Debut "Pangku"

Wawancaranya di acara Butik Haji Igun mengungkap lapisan-lapisan personal yang jarang tersentuh publik, dari warisan sang ayah, ketakutan terbesarnya, hingga perjalanan spiritual yang ia temukan melalui akting.

Dari Teknik Kimia Menuju Aktor Berkarakter

Vino G. Bastian Membongkar Tiga Pilihan Hidup Usia 20-an yang Akan Menyelamatkan Anda di Usia 40-an

Mengejutkan, Vino G. Bastian bukanlah lulusan sekolah seni peran. Ia menempuh pendidikan di jurusan Teknik Kimia. Namun, ia meyakini bahwa pendidikan tersebut bukanlah kesia-siaan. Disiplin dalam riset dan referensi yang ia pelajari di bidang kimia justru menjadi metode aktingnya.

"Ketika kita cara membaca script-nya, karena dulu gue di teknik kimia kerjaannya riset, lab, apa, semuanya cari referensi. Jadi ketika misalnya kayak masuk ke dalam karakter, wah, gua tanpa gua sengaja, gua harus riset dulu tuh, terbiasa," ujar Vino.

Mukjizat 72 Jam di Bawah Reruntuhan: Kisah Alfatih, Santri yang Selamat Setelah Tertimpa Beton di Pesantren Al-Khoziny

Pendekatan analitis ini memungkinkannya untuk benar-benar mendalami karakter, yang membuatnya tidak pernah merasa bosan berakting. Baginya, film adalah me-time dan dunianya sendiri.

Legacy Sang Ayah: Wiro Sableng dan Buya Hamka

Dua film paling berkesan dalam karier Vino adalah "Wiro Sableng" dan "Buya Hamka", yang keduanya memiliki kaitan erat dengan legacy dan keluarga.

Penghormatan untuk Bastian Tito

Vino mengaku sempat merasa malu saat remaja karena ayahnya, penulis legendaris Bastian Tito, adalah pencipta serial silat Wiro Sableng. Ayahnya bahkan menggunakan mobilnya untuk promosi, yang membuat Vino sering diejek teman-temannya.

Namun, peran sebagai Wiro Sableng di layar lebar menjadi penghormatan tak ternilai. Ia membuktikan bahwa warisan sang ayah, yang dulu harus menjual buku untuk menghidupi keluarga, kini dapat dibawa ke kancah perfilman internasional.

Titik Balik Spiritual Lewat Buya Hamka

Perannya sebagai Buya Hamka membawa Vino pada pencerahan personal. Ia mengungkap fakta yang mengharukan: Almarhum ibunya yang mualaf adalah orang yang diislamkan oleh Buya Hamka.

Ia mendapat tawaran peran tersebut secara kebetulan, membuat film ini menjadi sangat personal dan emosional. Setelah mendalami karakter Buya Hamka, Vino mengaku menjadi lebih paham mengenai agama, bersyukur, dan selalu berusaha merasa cukup, tanpa harus mengganggu sinar orang lain.

Kehidupan Pribadi dan Komitmen Abadi

Di tengah kesibukan sebagai bintang film, Vino sangat menjaga privasi rumah tangganya dengan Marsha Timothy.

Tato dan Phobia: Sisi Manusiawi Vino

Vino memilih untuk tidak menggunakan media sosial secara intens, ia bahkan hanya mengikuti (following) akun istrinya di Instagram.

Sebagai bentuk komitmen abadi, mereka memiliki tato kembar (matching tattoo) di jari yang bertuliskan "Love" (dari Vino) dan "Live" (dari Marsha) sebagai pengganti cincin kawin, karena Vino adalah orang yang pelupa.

Sisi manusiawinya juga terlihat dari phobia ekstremnya terhadap tikus, yang berasal dari trauma saat tikus pernah berada tepat di wajahnya.

Makna Keluarga

Vino adalah ayah yang posesif, tetapi ia menyalurkannya melalui tindakan nyata: sebisa mungkin ia mengantar putrinya, Jizzy, sekolah setiap hari. Momen singkat di perjalanan itulah waktu berharga baginya untuk membangun komunikasi.

Ia juga sangat terinspirasi oleh mendiang sahabatnya, Babe Cabita, yang selalu menempatkan keluarga sebagai prioritas nomor satu, bahkan harus meninggalkan pekerjaan untuk urusan keluarga.

Hal ini memotivasinya untuk lebih berhati-hati dalam hidup. Ia bahkan mengaku takut kehilangan Marsha, karena hubungan mereka telah mencapai tahap di mana mereka saling melengkapi ketidaksempurnaan masing-masing.

Misi di Balik Film Horor Shatter

Proyek terbaru Vino adalah film horor Shatter (tayang 30 Oktober 2025). Film ini merupakan remake yang menurut Vino membawa misi penting, yaitu menyuarakan isu kekerasan dan perundungan (bullying) di lingkungan kampus.

"Kita pengin mensosialisasikan itu lho, ayo loh, ayo dong kita membuat dunia pendidikan ini jadi tempat yang aman untuk belajar," tegasnya.

Dengan pendekatan teror psikologis yang mendalam, Shatter diharapkan bukan hanya sekadar tontonan, tetapi juga dapat menyentuh empati dan menyadarkan masyarakat akan isu krusial ini.