5 Alasan Coffee Prince Mengapa Menjadi Komedi Romantis yang Menyenangkan
Olret – Coffee Prince adalah K-drama komedi romantis gender-bender populer yang dicintai dan dipuja oleh penggemar.
Drama ini dirilis pada tanggal 2 Juli 2007, dan bahkan setelah 17 tahun dirilis, drama ini masih mempunyai tempat khusus di hati pemirsa. Dibintangi oleh Gong Yoo, Yoon Eun Hye, Lee Sun Kyun, Chae Jung An, Kim Jae Wook dan banyak lagi.
Coffee Prince tidak hanya merupakan komedi romantis yang menyenangkan tetapi juga membahas masalah sehari-hari yang dialami semua orang. Berikut 5 alasan mengapa K-drama begitu spesial.
1. Pengendalian gender dilakukan dengan benar
Coffee Prince
- vidio
Pemeran utama wanita yang diperankan oleh Yoon Eun Hye yang bernama Go Eun Chan sering dikira laki-laki. Ini berhasil karena dia sangat membutuhkan uang dan mendapatkan pekerjaan sebagai pelayan di sebuah kafe yang terkenal memiliki pelayan pria yang tampan.
Go Eun Chan benar-benar nyaman dengan identitas gendernya dan tidak terlalu memikirkan fakta bahwa orang-orang salah mengira dia sebagai laki-laki. Dia juga tidak memiliki kepribadian di mana dia lebih suka ditemani laki-laki daripada perempuan.
Tokoh utama dalam drama ini adalah seorang pekerja keras yang siap melakukan apa pun untuk mencari nafkah. Meskipun dia berdandan seperti laki-laki, dia tetap menjaga ciri kepribadiannya tetap utuh.
Bahkan ketika karakter Gong Yoo, Choi Han Gyeol menyadari perasaannya terhadap Go Eun Chan, dia tidak menyerah pada emosinya. Dia pertama kali mempertanyakan seksualitasnya tetapi tidak tertarik ketika dia mempertimbangkan cintanya pada Go Eun Chan.
2. Romansa dan komedi yang menyenangkan dan tidak terasa kuno
Coffee Prince
Bahkan setelah 17 tahun sejak dirilis, Coffee Prince tidak terasa kuno. Chemistry yang ditampilkan para aktor masih terasa kekinian sehingga drama ini semakin menua seperti anggur berkualitas. Para aktor telah melakukan pekerjaan luar biasa dalam membuat drama ini lucu dan emosional pada saat yang bersamaan.
Drama ini menyentuh topik sensitif seperti LGBTQ+ tetapi diperlakukan dengan cara yang masih dapat diterima oleh penonton modern. Itu tidak meremehkan cinta dalam bentuk apa pun dan lebih menunjukkan penerimaan terhadap karakter.
