Realme Ungkap Biaya Komponen Memori yang Melonjak, Bikin Harga Ponsel Naik?
- youtube
Olret – Industri smartphone saat ini menghadapi tekanan biaya yang makin nyata, terutama dari komponen penyimpanan dan memori. Menurut laporan terbaru, para produsen ponsel pintar kini berhadapan dengan lonjakan biaya bahan baku — dan Xiaomi bahkan mengonfirmasi bahwa naiknya harga chip memori memengaruhi harga jual perangkat baru mereka.
Di tengah gejolak ini, Realme secara terbuka menyatakan bahwa mereka akan berusaha menyerap kenaikan biaya komponen agar harga perangkat mereka tetap stabil. Kepala Pemasaran Produk Realme, Francis Wong, melalui unggahan di platform X menulis bahwa komponen penyimpanan dan memori “semakin mahal”, namun perusahaan berupaya mendiversifikasi pemasok, mengoptimalkan desain produk, dan meningkatkan efisiensi rantai pasokan agar kenaikan tersebut tidak langsung dibebankan ke konsumen.
Wong menambahkan bahwa tekanan biaya ini tidak hanya dirasakan pada perangkat flagship, tetapi juga di segmen kelas menengah — empat faktor utama yang diidentifikasi sebagai pendorong adalah: meningkatnya permintaan akibat adopsi AI (kecerdasan buatan), perubahan prioritas manufaktur, pergeseran kebijakan perdagangan global, dan ketergantungan tinggi pada impor komponen seperti NAND Flash dan DRAM. Karena pasokan belum bisa mengikuti lonjakan permintaan untuk aplikasi AI generatif dan infrastruktur cloud, maka biaya komponen utama pun melonjak. Analisis dari TrendForce serta laporan lain menyebut bahwa kenaikan hingga 15-30 % pada Jepang/Korea/China dalam kuartal terakhir telah terjadi.
Menurut Realme, salah satu dampak nyata dari kondisi ini adalah bahwa harga perangkat mungkin akan lebih sulit untuk dipertahankan di level lama tanpa ada perubahan — bahkan jika mereka melakukan optimalisasi internal. Dalam unggahannya, Wong menekankan bahwa meski Realme akan mengambil langkah-langkah proaktif, perubahan kondisi global seperti pembatasan ekspor teknologi atau pergeseran produksi ke India tetap bisa menimbulkan “ketidakpastian biaya” karena komponen penting masih harus diimpor.
Secara ringkas, kondisi sekarang ini menunjukkan dua hal: pertama, pengguna di pasar ponsel harus bersiap bahwa kenaikan harga bisa jadi bukan sekadar rumor. Kedua, merek-merek seperti Realme berusaha agar konsumen tidak langsung merasakan dampak—meski langkah tersebut mungkin memiliki batas. Dengan meresapi konteks ini, para pembeli ponsel kini memiliki prediksi nyata bahwa “harga tetap stabil” bukan lagi jaminan penuh di tahun-tahun mendatang.