Kisah Wardatina Mawa: Menyerah pada Cita-Cita Demi Cinta, Bangkit Setelah Dikhianati
Namun, ia lantas menekankan bahwa fase ini bukan lagi tentang penyesalan, melainkan tentang kesadaran dan komitmen untuk bangkit.
Bangkit Lebih Tinggi dari Titik Dijatuhkan
Di tengah badai rumah tangga, Wardatina Mawa memilih untuk kembali memegang kendali atas hidupnya. Saat ini, ia mengungkapkan tekadnya untuk melanjutkan pendidikan yang sempat tertunda.
“Dan sekarang saya sudah semester 5 di kampus, dan bakalan saya lanjutin terus pendidikan saya sampai selesai, apapun yang terjadi.”
Ia menyatakan memiliki motivasi yang kuat, terutama demi masa depan sang anak, Muhammad Afnan Al Aqsha. Tujuan utamanya adalah menjadi inspirasi, bukan korban.
“Saya ingin anak saya kelak melihat ibunya bukan sebagai korban. Tetapi sebagai bukti bahwa perempuan yang disakiti pun bisa bangkit dengan kepala tegak.”
Wardatina Mawa menutup rangkaian kisahnya dengan sebuah prinsip kuat yang memberikan harapan bagi setiap perempuan yang sedang berjuang:
“Karena pada akhirnya, saya percaya: Perempuan boleh patah tapi tidak selamanya hancur. Perempuan boleh jatuh tapi selalu punya kemampuan untuk bangkit lebih tinggi daripada titik ia dijatuhkan.”
Kisah ini bukan hanya tentang drama pengkhianatan, tetapi juga tentang kekuatan seorang perempuan muda yang berani mengambil kembali haknya atas masa depan, membuktikan bahwa kehancuran bisa menjadi fondasi untuk membangun kekuatan baru.
Ia berjanji akan membangun hidup kembali “dengan cara yang terhormat, tanpa merusak hidup orang lain.”