Kisah Nyata di Balik Pabrik Jamu: Pesugihan Buto Ijo, Tumbal Nyawa, dan Azab yang Mengerikan
- Youtube Malam Mencekam
Olret – Di sebuah pabrik jamu yang harum, tersembunyi sebuah kisah gelap dan mengerikan. Kisah tentang pesugihan Buto Ijo, tumbal nyawa, dan azab yang tak terhindarkan.
Kisah ini adalah cerita nyata yang dibagikan oleh Mas Joko, seorang mantan karyawan yang nyaris menjadi korban.
Mas Joko dan Pekerjaan Barunya
Pada tahun 2002, Mas Joko, yang sedang kesulitan ekonomi, menerima tawaran pekerjaan dari temannya, Mas Arif, di sebuah pabrik jamu. Pekerjaan itu mudah: hanya membungkus dan mengepres jamu.
Gajinya kecil, namun tidak ada syarat rumit seperti ijazah atau lamaran resmi. Tiga bulan pertama berjalan normal, sampai suatu hari ia melihat sesuatu yang mengubah hidupnya.
Buto Ijo di Balik Dinding Pabrik
Suatu sore, saat melewati lorong dekat kamar mandi, Mas Joko melihat sebuah kamar misterius terbuka. Dari dalam kamar itu, tercium bau kemenyan yang pekat. Dengan rasa penasaran, ia mengintip.
Di dalam kamar itu, ia melihat sesajen, bunga-bunga, dan sebuah patung raksasa berwarna hijau. Makhluk itu memiliki taring panjang dan aura yang sangat mencekam. Mas Joko mengenali sosok itu sebagai Buto Ijo.
Ketakutan luar biasa membuatnya pingsan. Setelah sadar, Mas Arif mengakui bahwa kamar itu adalah tempat ritual pesugihan milik bos mereka. Kejadian itu menjadi awal dari serangkaian peristiwa aneh yang mengancam nyawa Mas Joko.
Dijadikan Tumbal
Beberapa bulan setelahnya, Mas Joko dua kali diundang ke rumah sang bos. Tanpa alasan yang jelas, ia diberi uang: pertama Rp500.000, kemudian Rp800.000.
Setelah pertemuan kedua, ia diberi minuman bening yang membuatnya merasa gelisah, demam, dan berhalusinasi. Malamnya, ia melihat sosok Buto Ijo berdiri di samping tempat tidurnya, seolah-olah mengawasinya.
Panik dan ketakutan, Mas Joko mendatangi seorang kiai. Kiai itu menjelaskan bahwa ia telah ditandai sebagai tumbal. Uang dan minuman yang diberikan adalah bagian dari prosesi penyerahan diri kepada Buto Ijo.
Dengan segera, Mas Joko memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya, meskipun harus berhadapan dengan kesulitan ekonomi lagi.
Kecurigaan Mas Joko semakin kuat saat ia menyadari bahwa desas-desus tentang karyawan pabrik yang meninggal tidak wajar setiap tahunnya adalah benar. Rata-rata, para korban baru saja bertemu dengan bos mereka.