Mengapa Kita Wajib Mengidolakan Nabi Muhammad SAW?

Kisah Nabi Adam
Sumber :
  • Freepik.com

Olret – Di tengah hiruk pikuk pencarian figur idola, satu sosok berdiri tegak melampaui zaman: Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau bukan sekadar tokoh sejarah, namun adalah mercusuar akhlak yang cahayanya tak pernah padam.

Mengapa, menurut Ustadz Khalid Basalamah, kita wajib menjadikan beliau sebagai teladan utama dalam hidup?

1. Beliau adalah Uswatun Hasanah (Suri Teladan Terbaik)

 

Landasan utama mengapa kita harus mencintai dan mencontoh Nabi Muhammad SAW datang langsung dari firman Allah dalam Surah Al-Ahzab ayat 21:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”

Ayat ini menegaskan bahwa setiap aspek kehidupan Nabi—cara beliau makan, minum, tidur, bergaul, berumah tangga, berdagang, hingga memimpin peperangan—adalah cetak biru kesuksesan yang dijamin oleh Sang Pencipta. Mencontoh beliau di dunia adalah jaminan untuk dapat bersama beliau di akhirat.

2. Puji-Pujian Langsung dari Allah SWT

 

Nabi Muhammad SAW adalah satu-satunya manusia yang akhlaknya dipuji secara langsung dan diabadikan dalam Al-Qur'an. Dalam Surah Al-Qalam ayat 4, Allah berfirman:

“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.”

Bayangkan: Sang Pencipta semesta memuji ciptaan-Nya. Pengakuan ini adalah martabat tertinggi, menjamin bahwa sifat-sifat beliau adalah kesempurnaan hakiki, jauh dari segala cacat. Beliau diutus untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang baik (Innama bu’itstu li’utammima makarimal akhlaq).

3. Akhlak Emas yang Mengalahkan Dendam

 

Sifat-sifat Nabi Muhammad SAW adalah keajaiban yang tak masuk akal secara hitungan manusia biasa. Di antara akhlak emas tersebut, dua hal yang paling menonjol adalah:

Lapang Dada dan Pemaaf

Kasus Thaif

Setelah didakwahi 10 tahun di Makkah dan hanya sedikit yang beriman, Nabi Muhammad pergi ke Thaif namun malah dilempari batu hingga berdarah.

Saat Malaikat Jibril dan malaikat penjaga gunung menawarkan untuk menimpakan dua gunung ke atas penduduk Thaif, Nabi SAW menolak. Beliau berkata, “Aku memilih agar memaafkan mereka dan semoga aku berharap Allah keluarkan dari keturunan mereka orang yang beriman kepada Allah.”

Pembebasan Makkah (Fathu Makkah)

Setelah bertahun-tahun disakiti dan diusir, Nabi SAW memasuki Makkah dengan kekuatan 10.000 pasukan. Ini adalah momen yang wajar untuk balas dendam.

Namun, beliau mengumumkan, “Hari ini adalah hari pemaafan dan kemuliaan,” dan membebaskan semua penduduk Quraisy. Beliau bahkan menerima keislaman para musuh bebuyutan yang darahnya telah dihalalkan, seperti Hindun binti Utbah dan Wahsy (pembunuh pamannya, Hamzah).

 

Jujur dan Amanah (Al-Amin)

 

Nabi Muhammad SAW tidak pernah berbohong seumur hidupnya. Sifat jujurnya begitu meyakinkan, hingga ketika terjadi perselisihan besar tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad di Ka'bah, seluruh suku Quraisy sepakat menjadikan beliau sebagai penengah sambil berseru, "As-Shodiqul Amin, rodina!" (Orang yang paling jujur dan terpercaya, kami rida!)

4. Rahmat bagi Semesta Alam

 

Nabi Muhammad SAW tidak diutus hanya untuk orang Arab atau umat Islam semata. Allah SWT menegaskan bahwa beliau adalah rahmat bagi seluruh alam semesta (Surah Al-Anbiya: 107).

Kualitas ajarannya melintasi batas suku dan waktu. Buktinya, dakwah Islam di Nusantara (Indonesia) menyebar luas bukan hanya karena ajaran, tetapi karena keagungan akhlak para pedagang Muslim—kejujuran, kedermawanan, dan sikap ramah—yang membuat penduduk setempat kagum dan tertarik pada ajaran yang mereka bawa.

Mengidolakan Nabi Muhammad SAW berarti mencontoh dan mempraktikkan sifat-sifat emas beliau dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekadar memuja namanya.

Sudahkah kita menjadikan kisah dan akhlak beliau sebagai panduan utama dalam setiap keputusan dan tindakan kita?