Orang Desa Juga Melek Sastra, Heri Chandra Santoso Membuktikannya

Heri Chandra Santoso
Sumber :
  • Viva.co.id

Olret –Sejak dulu, kajian tentang sastra seolah dipercaya hanya ada dalam ranah tertentu. Misalnya para seniman atau orang kota. Sedang, masyarakat desa yang kebanyakan bergelut di sawah, seperti tidak memiliki kesempatan untuk menunjukkan minat kesastraan mereka, bahkan dipandang sebelah mata.

Kepercayaan sepihak ini yang kemudian dibantah oleh Heri Chandra Santoso dengan mendirikan pendirian Komunitas Lereng Medini (KLM), sebuah komunitas yang memberikan ruang bagi pelajar desa, belajar sastra dan budaya di Kecamatan Boja, Kendal, Jawa Tengah.

Lelaki asal Kendal Jawa Tengah yang berprofesi sebagai jurnalis kala itu membuktikan bahwa orang desa juga punya ketertarikan tinggi pada sastra. Asalkan diberikan wadah alias komunitas yang bisa menaungi, menjembatani dan mengasah kemampuan mereka. 

Bersama dengan temannya bernama Sigit Susanto, Heri yang juga alumni Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang itu, bekerja sama dalam mendirikan serta mengelola komunitas tersebut. 

Hingga akhirnya, perjuangan Heri mendapatkan sambutan baik, bahkan dukungan dari berbagai pihak. Salah satunya dari PT Astra Internasional Tbk, Heri menjadi penerima Apresiasi Satu Indonesia Award pada tahun 2011 atas dedikasinya menjembatani masyarakat desa dalam bidang sastra. 

Mau tahu kisah selengkapnya Heri, yuk simak artikel berikut ini! 

Masyarakat Desa Juga Punya Hak Berbicara Sastra

"Ilmu tidak terbatas dimana dirimu tinggal" 

Mau itu di kota, di desa atau dimanapun, ilmu pengetahuan termasuk sastra adalah hak setiap orang. Bahkan seorang seniman sejati hingga terkenal, bisa saja memulai perjalan hidupnya dari tanah, jalanan dan pematang-pematang sawah di pedesaan. Jadi, membatasi seseorang hanya karena tempat tinggalnya, merupakan tindakan yang tidak bijak. 

Semangat dan kepercayaan itulah yang kemudian menuntun Heri Chandra Santoso dan Sigit Susanto mendirikan wadah atau komunitas sastra bagi pemuda/masyarakat desa pada tahun 2008.

Komunitas tersebut dinamai "Komunitas Lereng Medini" (KLM) di Kecamatan Boja, Kendal, Jawa Tengah. Awalnya itu adalah sebuah pondok baca yang bernama Pondok Maos Guyub yang kemudian berganti nama menjadi KLM. Nama 'Medini' sendiri diambil dari nama perkebunan teh Medini.