Sukses Merintis Ekskul Robotika, Hendro Tak Berhenti Menularkan Semangat Lewat Pendidikan Robotika
- Kumparan
Olret –Ada dua hal yang akan dilakukan seseorang ketika dihadapkan dengan masalah. Pertama mencari solusi dan berani berinovasi. Kedua memilih menyerah dan cukup mengikuti arus takdir.
Begitu pula yang dialami oleh Hendro Yulius Suryo ketika sekolah yang menjadi tempatnya mengajar -SMP Islam Al-Azhar Surabaya, terancam ditutup karena kekurangan murid.
Namun dengan penuh semangat Hendro berusaha supaya sekolah tempatnya mengajar tetap bisa bertahan. Hingga tahun 2011,dia dipercaya menjadi Wakil Kepala Sekolah.
Mendapatkan kepercayaan tersebut Hendro semakin berusaha memikirkan terobosan-terobosan baru supaya sekolah itu bisa keluar dari masa transisi dan bahkan menjadi salah satu sekolah unggulan.
Ide Merintis Ekskul Robotik
Ditengah usahanya, pada era tahun 2010 hingga 2011 di Surabaya sedang semaraknya mengadakan Kontes Robot Indonesia (KRI). Hendro pun tertarik pada kontes ini dan menghadiri KRI yang diselenggarakan di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya saat itu.
Dari acara tersebut, muncul harapan baru dalam diri Hendro. Hendro berkeinginan agar kelak ada dari muridnya yang berprestasi dari robotika ini. Jika ada prestasi di bidang robotika ini, tentu sekolah juga akan terangkat. Prestasi sekolah meningkat akan berujung kepada peningkatan jumlah murid juga.
Sejak itu mulailah dia merintis kegiatan ekstrakurikuler robotika. Beruntungnya lokasi sekolah juga dekat dengan kampus ITS dan Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS). Sehingga Hendro dapat mendapatkan pelatih untuk ekskul ini dengan mudah.
Tantangan Yang Dihadapi Hendro
Tidak ada perjuangan yang berjalan mulus. Apalagi bagi Hendro yang awam pada ekskul robotika sendiri. Diapun mengalami banyak kesulitan dan tantangan untuk menyukseskan mimpinya.
Tantangan Pertama, ketika murid binaan Hendro masih mengalami kegagalan saat mengikuti perlombaan. Dalam ekskulnya, Hendro mengawali dengan materi line follower (robot berjalan dengan mengikuti adanya jejak garis secara otomatis) untuk murid-muridnya. Kondisi robot yang bisa berjalan sesuai keinginan, memang sudah berhasil sesuai prediksi. Sayangnya itu masih belum berhasil membuat murid binaannya memenangkan perlombaan.
Kedua, pelatih yang berasal dari dosen ITS yang mengundurkan diri. Hendro berusaha keras mencari penggantinya dengan mengunjungi PENS untuk mencari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Robotika. Di sana dia bertemu dosen bernama Pak Nando, yang kemudian memperkenalkan Hendro pada Rodik Wahyu Hendrawan yang masih berkuliah di semester 7 kala itu.