6 Ciri-ciri Orang Tua yang Dewasa, Salah Satunya Tidak Memaksa Anak!
- https://www.pexels.com/@Anastasiya-Gepp-654466
Orlet - Tidak semua orang dewasa mampu menjadi orang tua yang bijaksana. Sering sekali mereka bertindak semaunya tanpa memikirkan perasaan anak dengan alasan kasih sayang, sehingga tanpa sadar justru perbuatan mereka cenderung mengekang hingga memaksa anak menjadi seperti apa yang mereka inginkan.
Padahal seharusnya orang tua hadir memberikan rasa aman dan nyaman untuk buah hati. Mendukung setiap langkah yang anak-anak kehendaki dengan tetap memberikan arahan agar mereka tidak salah jalan.
Disadur dari laman instagram @meaningful.me inilah enam karakteristik orang tua yang cukup berpikiran dewasa dalam mendidik anak-anak. Mari simak selengkapnya di bawah ini.
1. Mencintai Anak Tanpa Syarat
Anak tidak pernah bisa memilih dia harus terlahir dari siapa dan keluarga yang seperti apa. Kitalah yang memilih untuk memiliki mereka. Dan tugas kita sebagai orang tua tentu harus mencintai dan menyayangi mereka sepenuh hati tanpa syarat dan dalam kondisi apapun. Namun, bukan berarti kita boleh membela mereka jika berbuat kesalahan dan merugikan orang lain.
2. Paham Anak Memiliki Jalan Hidup Masing-masing
Setiap bayi yang terlahir ke dunia ini membawa takdirnya masing-masing. Orang tua perlu berikhtiar dan berdoa supaya anak-anak mereka bernasib baik. Menuntun, mendidik, mengedukasi, membekali ilmu pengetahuan baik tentang dunia dan akhirat, memberikan pendidikan terbaik bagi buah hati menjadi bagian penting supaya anak-anak bisa menjadi orang berguna di masa depan. Paling tidak mereka menjadi manusia berakhlak mulia dan tidak kesulitan dalam menjalani kehidupan yang penuh lika-liku ini.
3. Tidak Mudah Tersinggung
Banyak orang tua yang kolot. Mereka sulit menerima perubahan atau sulit sekali mengakui jika memang salah. Bagi orang tua pendapat mereka adalah yang paling benar dan tepat padahal tidak selalu begitu.
Orang tua yang dewasa tidak mudah tersinggung apabila anak-anak tidak setuju dengan pendapat mereka. Mereka cepat memahami bahwa zaman telah berubah serta tidak mungkin menyamakan cara berpikir anak-anak zaman sekarang dengan ketika orang tua masih kecil dulu.
4. Memandang Kesalahan dan Kegagalan Anak sebagai Proses Tumbuh Kembang
Wajar anak-anak masih sering melakukan kesalahan yang terkadang tidak mereka sadari. Cara menghadapinya harus disesuaikan dengan usia mereka. Misalnya anak yang sudah akhil baligh tentu berbeda penanganannya dengan anak-anak yang masih umur lima tahun.
Daripada berkata kasar, membentak bahkan memukul anak cobalah lakukan pendekatan dari hati ke hati terlebih dahulu. Dengarkan anak-anak kemudian beri nasehat dan peringatan jika seandainya yang mereka lakukan itu tidak benar.
Orang tua yang mampu berpikir dewasa tentu tidak serta-merta menghakimi anak. Mereka akan berbesar hati menganggap bahwa kegagalan dan kesalahan buah hati merupakan suatu proses tumbuh dalam hidup anak.
5. Mengizinkan Anak Memilih Minatnya Sendiri
Banyak kita temui orang tua yang berharap besar buah hati mereka dapat meneruskan cita-cita mereka yang tidak tercapai maupun mengatur anak agar memilih jalan sesuai kehendak orang tua tanpa mau memikirkan perasaan anak.
Namun, hal tersebut tentunya tidak selalu dapat dibenarkan. Sebab anak-anak memiliki bakat dan minatnya sendiri. Orang tua yang bijak sudah pasti berusaha percaya dan menyerahkan keputusan di tangan buah hati untuk memilih minat sesuai keinginan mereka.
Sebagai orang tua hanya mendoakan semoga setiap usaha buah hati diberikan kelancaran, keberhasilan dan tetap mengarahkan mereka tanpa memaksa.
6. Peduli pada Kebahagiaan Sendiri
Setelah menjadi orang tua, fokus kita pasti lebih banyak dihabiskan untuk memikirkan bagaimana masa depan anak-anak. Kendati demikian, orang tua yang dewasa seharusnya tetap bisa meluangkan waktu untuk memberikan kebahagiaan pada diri sendiri. Orang tua yang bahagia bisa menularkan energi positif pada anak-anak sehingga sangat bagus untuk kondisi mental buah hati.
Itulah sejumlah karakteristik orang tua yang dewasa. Sebelum menuntut anak, ingatlah bahwa anak-anak sampai kapanpun tidak berhutang apapun pada kita.