5 Penyebab Lima Tahun Pernikahan Masuk dalam Daftar Rawan

Menikah
Sumber :
  • google image

Orlet - Menikah menjadi sangat menyenangkan dan membuat hidup bagaikan surga dunia apabila selalu romantis, harmonis dengan pasangan tidak peduli seberapa lama usia pernikahan yang telah dijalani.

Kendati demikian, setiap mahligai rumah tangga yang dibangun oleh pasangan suami istri pasti diuji dengan bermacam-macam rintangan dan halangan. Kekuatan iman serta rasa takut pada Tuhan yang akan menjadikan biduk rumah tangga tetap langgeng dan upaya menjaga keutuhan rumah tangga yang dilakukan pasangan sah juga berpengaruh besar pada bertahan lama atau tidaknya suatu ikatan pernikahan.

Melansir dari laman instagram @ideparentingtop, terdapat lima alasan yang mendasari mengapa lima tahun pertama pernikahan termasuk rawan. Jangan ketinggalan untuk pembahasan berikut ini.

1. Tertutup Soal Keuangan

Pasangan suami istri tidak seharusnya tertutup soal keuangan. Apabila salah satu melakukannya dapat memicu rasa sakit hati karena merasa dibohongi. Menikah harus dijalani penuh keterbukaan. Tak ada lagi privasi antara keduanya.

Logikanya, soal perkara yang sejatinya sangat pribadi saja halal untuk dilihat apalagi hanya sekedar tuntutan untuk terbuka soal keuangan, pasword handphone, pin ATM, rasanya bukan hal tabu jika diketahui pasangan, malah harus sama-sama tahu.

Sebab hal tersebut berkaitan dengan kepentingan bersama, masa depan keluarga, kenyamanan berdua untuk menghindari pengeluaran yang tidak penting, menghamburkan uang secara percuma, kerja keras, usaha berdua tidak sia-sia belaka.

2. Kurang Komunikasi

Komunikasi, banyak mengobrol, interaksi dengan pasangan, saling tukar pikiran, bercanda merupakan kunci penting untuk menghidupkan pernikahan.

Sangat disayangkan bukan, jika seandainya pasangan lebih banyak bercengkrama dengan orang lain, teman-temannya tapi mengabaikan untuk membangun koneksi dengan pasangan di rumah. Dikhawatirkan hal tersebut dapat membuka celah masuknya orang ketiga. Maka dari itu, membatasi diri masing-masing dalam bergaul dengan lawan jenis setelah menikah wajib dilaksanakan.

Padahal sebagai teman hidup seharusnya komunikasi lebih banyak dijalin dengan pasangan agar rasa cinta semakin subur. Sibuk kerja, mengurus anak bukan alasan untuk memaklumi tindakan acuh tak acuh pada suami atau istri.

Sesi deep talk, pillow talk bareng pasangan bisa mengeratkan hubungan suami istri. Meskipun durasinya tidak lama yang penting obrolannya berkualitas.

Saling mengungkapkan rasa cinta, rasa sayang dengan kalimat dan dibuktikan melalui tindakan sepanjang pernikahan itu sangat perlu sebagai upaya menjaga keutuhan rumah tangga.

3. Perbedaan Visi

Masa perkenalan, pendekatan sebelum akhirnya memutuskan untuk menikah karena merasa satu jalur atau punya visi misi yang sama ternyata setelah dijalani, akhirnya menemukan perbedaan pandangan.

Suami istri harus sejalan, kalau visi misinya sudah beda akan terasa sulit apabila dipaksakan hidup bersama. Solusinya sharing, berbincang empat mata dengan kepala dingin, mengkaji ulang tujuan pernikahan yang hendak dicapai agar menyamakan kembali visi misi pernikahan.

4. Menilai Pernikahan Menyelesaikan Segalanya

Tabiat buruk pasangan tidak mudah hilang hanya karena menikah kecuali dia niat berubah dengan sendirinya. Jadi, berhenti berharap pasangan yang hobi main tangan, berkata kasar serta memiliki perilaku buruk lainnya akan berangsur-angsur berubah setelah menikah. Walaupun memang ada yang berhasil berubah sebaiknya sebelum menikah, apabila pasangan menunjukkan sifat dan sikap red flag semacam itu lebih baik tinggalkan.

Jangan menguras tenaga, hati dan pikiran untuk optimis dapat mengubah kebiasaan buruk orang lain sebab hanya diri mereka sendiri kunci untuk berubah lebih baik.

Oleh karena itu, menikah bukan menyelesaikan segalanya tapi merupakan awal dari segala yang baik jika pasangan punya akhlak baik, awal nestapa kalau salah pilih pasangan.

5. Masalah dengan Mertua

Tidak banyak disadari para orang tua termasuk mertua bahwa ikut campur kehidupan rumah tangga anak secara berlebihan, rentan menyebabkan keretakan bagi hubungan pernikahan anak. Jarang menantu dan mertua bisa akur yang ada selalu timbul masalah dari skala kecil hingga besar.

Demikianlah pembahasan kita kali ini. Mari perbaiki tingkah laku kita terhadap pasangan. Jangan sampai pernikahan hancur karena keegoisan masing-masing dan enyahkanlah masalah-masalah kecil bukan malah dibesar-besarkan.