Teruntuk Dirimu yang Selalu Kudoakan di Keheningan Malam

Ibu mendoakan anaknya
Sumber :
  • instagram

Mereka Bilang Itu Cinta, Namun Aku Tak Percaya Cinta Karena Sejak yang Aku Ingat, Itu Hanya Memberikan Luka Tiada Tara.

Sejuk, Hangat, Bahagia, Kenyamanan yang kau harapkan antara belanti. Seperti caranya berjalan, atau dikala ia berlari menyongsong harapan dan berteriak tanpa rasa takut. Ketika ia menyanyikan lagu pavoritnya, ketawa kecilnya, tatapanya, semua perbuatan tanpa permintaaan, seperti senyuman. Atau dikala ia bersendar dan berkata semuanya akan baik-baik saja.

Kadang aku balik bertanya. Hey, apakah semuanya akan baik-baik saja? Karena seperti musik kita berubah dan seperti waktu kita akan terus berjalan. Aku masih ingat senyumanmu, tawamu  ketika kau menari, ketika kita melakukan semuanya bersama.

Apakah kau merasa bahagia Karena ada yang berubah? itu bukan senyuman, dan ini. Ini bukan kita.  Hey, apakah kau merasa sedih, marah, mungkin sakit?. Sekuat-kuatnya kita, jika sendiri gak akan pernah cukup, karena semua orang sesungguhnya paling takut ketika ia sendirian Karena itu, maukah kau berjalan bersamaku dan apakah ini bisa menjadi sebuah dunia yang sempurna.

*

Kebersamaan Kita Begitu Sempurna, Sebelum Kamu Memilih Untuk Pergi.

Aku menganggapmu sebagai matahari yang selalu menyinari dan menghangatkan meski kadang teriknya menyiksa diriku. Dikeheningan malam, aku menganggapmu sebagi bulan yang selalu setia menemani sang bintang meski kadang hujan membuatnya tak terlalu indah.

Detik demi detik yang kita lalui bersama selalu menyimpan semua kenangan yang sangat manis dan tersimpan rapi disanubari. Bau khas rambut dan tubuhmu selalu mampu menghipnotisku terbuai untuk selalu memelukmu, menghalalkan hubungan ini sesuai Ridha-Nya dan menghabiskan sisa umurku bersamamu.

Mempunyai anak-anak yang lucu dan sebuah rumah idaman di pinggir desa nan asri, membesarkan anak-anak kita bersama sampai menimang cucu. Ah, itu sekarang hanya sebuah janji yang tak bisa kau tepati lagi. Hanya sebuah harapan kosong yang hancur berantakan dihembus topan dan puting beliung.

Entah, setan jenis apa yang memasuki jiwa dan ragamu. atau bisikan iblis mana yang bisa meluluhlantahkan hatimu untuk pergi begitu saja meninggalkanku. Tiada pemberitahuan atau sekedar ucapan berpisah. Bukankah seharusnya kamu memilih untuk pamit meski aku yang terluka.