Bersamamu Dulu Bahagia, Tapi Dalam Dekapan Rabb-ku Menenangkan
- freepik.com/author/yuliiaka
Olret – Tadinya ku kira aku takkan sanggup menjalani hari-hari tanpa kamu lagi. Ku sangka aku akan mati karena tak kuat menahan sepi. Pikirku setelah kau tiada, aku tak bisa lagi merasakan bahagia. Bersamamu dulu bahagia memang, namun dalam dekapan Rabb-ku jauh lebih menenangkan.
Untungnya aku salah. Aku sudah menilai diriku begitu rendah hingga berpikir aku sangat membutuhkanmu. Padahal nyatanya sama sekali tidak seperti itu. Tanpa kamu, aku masih bisa bahagia, bisa tertawa, dan bisa menikmati hari-hari seperti biasanya.
Bersamamu dulu memang membahagiakan (dulu bahagia). Namun dalam dekapan Rabb-ku terasa jauh lebih menenangkan.
Ku akui kebersamaan kita dulu menciptakan banyak kenangan indah untuk di kenang. Namun seperti ini, sendiri, dalam dekapan Illahi Rabbi, semuanya terasa jauh lebih berarti.
Di antara Kita Memang Sudah Saling Memaafkan. Namun, Bukan Berarti Kisah Kita Ada Kelanjutan.
Tak perlu lagi tiba-tiba menghubungiku. Puluhan kata maaf dan penyesalan yang kau kirim kan, tidak akan bisa mengubah keadaan. Bukan salahmu, juga bukan salahnya. Terimalah bahwa kita memang ditakdirkan seperti ini.
Raga dan segenap hatiku sudah memaafkanmu. Sekarang biarkan aku menyusun hidupku sendiri. Izinkan aku merajut asa yang baru, tanpa ada kamu di situ.
Pertemuanku Denganmu Memang Atas Kehendak-Nya. Namun yang Terjadi Setelah itu Adalah Murni Kelalaianku Sendiri.
Kala itu, akulah yang lalai karena tak pandai menjaga hati. Kasih sayang dan perhatian yang kau tawar kan sukses membuatku terbang ke awan. Ku sangka saat itu kehadiranmu adalah jawaban, nyatanya kamu adalah bagian dari ujian keimanan.
Lalu Allah timpakan padaku pedihnya kekecewaan atas sebuah rasa yang tak bisa ku kendalikan. Jangan salahkan Dia yang mempertemukan, sebab yang terjadi pada kita pun sejatinya di luar rencana-Nya.
Takkan ku izinkan lagi hatiku menjadi mudah dimiliki, karena ia sudah dipenuhi oleh cinta-Nya yang telah terpatri.