7 Alasan Gen Z Enggan Menikah, Trauma Atau Kejar Karir?

Jangan Takut Menikah Karena Belum Mapan
Sumber :
  • instagram

Olret – Pernikahan dulu dianggap tujuan hidup utama sebagai tanda kedewasaan dan kesuksesan. Tapi kini, generasi Z (lahir sekitar 1997–2012) punya pandangan berbeda. Banyak dari mereka yang memilih untuk menunda, bahkan enggan menikah sama sekali.

Bukan karena anti cinta, tapi karena mereka punya alasan yang cukup logis dan relevan dengan kondisi zaman. Yuk, kita bahas satu per satu alasan kenapa banyak Gen Z memilih untuk tidak buru-buru naik pelaminan.

1. Takut Masalah Finansial

Mengatur Keuangan Keluarga Tanpa Drama

Photo :
  • Youtube

Salah satu alasan paling kuat adalah faktor ekonomi. Gen Z tumbuh di era harga kebutuhan melonjak, sementara gaji tak selalu sebanding. Biaya pernikahan, cicilan rumah, sampai biaya anak jadi momok yang menakutkan. Mereka lebih memilih menstabilkan keuangan dulu daripada terbebani tanggung jawab keluarga sebelum siap.

Bagi banyak Gen Z, menikah tanpa kesiapan finansial dianggap bukan romantis, tapi nekat.

2. Trauma Melihat Hubungan Orang Tua

Banyak Gen Z yang tumbuh menyaksikan perceraian atau konflik rumah tangga di sekitarnya. Pengalaman itu membuat mereka berhati-hati, bahkan skeptis terhadap konsep “selamanya”.

Mereka tak mau mengulangi pola hubungan yang penuh drama atau ketidakcocokan. Buat Gen Z, lebih baik sendiri tapi damai, daripada menikah tapi menderita.

3. Fokus pada Karier dan Diri Sendiri

Job Fair di GOR Ciracas dipadati pencari kerja

Photo :
  • OLRET VIVA - Yos Mo

Generasi ini lebih menghargai waktu untuk berkembang dan menemukan jati diri. Mereka ingin mengejar karier, traveling, membangun bisnis, atau menekuni hobi tanpa harus terbatas oleh tanggung jawab rumah tangga.

Bagi Gen Z, menikah terlalu cepat bisa menghambat kebebasan untuk mengeksplorasi potensi diri. Prinsip mereka sederhana: self-growth dulu, relationship nanti.

4. Krisis Kepercayaan dan Hubungan yang Rumit

Era digital membuat hubungan makin mudah… sekaligus makin sulit. Aplikasi dating membuka banyak pilihan, tapi juga membuat orang cepat bosan. Ghosting, gaslighting, dan komitmen yang kabur jadi fenomena sehari-hari.

Gen Z sering merasa hubungan modern terlalu kompleks dan penuh ketidakpastian. Akibatnya, mereka lebih nyaman menjauh dari komitmen besar seperti pernikahan.

5. Tak Mau Terjebak Ekspektasi Sosial

Kalau generasi sebelumnya menikah karena tekanan sosial“kapan nikah?” atau “biar dianggap mapan” Gen Z justru lebih berani bilang “tidak”. Mereka menolak standar masyarakat yang mengukur kebahagiaan lewat status pernikahan.

Gen Z percaya bahwa kebahagiaan bisa datang dari berbagai bentuk, termasuk hidup sendiri dengan karier stabil dan lingkungan suportif.

6. Pandangan yang Lebih Fleksibel soal Cinta

Generasi ini punya cara pandang baru terhadap cinta. Mereka tak lagi percaya bahwa pernikahan adalah satu-satunya bentuk cinta sejati. Ada yang memilih co-living, ada juga yang merasa cukup dengan hubungan tanpa label formal.

Bagi mereka, cinta harusnya membebaskan, bukan membatasi. Dan kalau belum menemukan pasangan yang sefrekuensi, mereka tak segan menunggu atau bahkan tak menikah sama sekali.

7. Prioritas Hidup yang Berbeda

Bagi Gen Z, menikah bukan lagi tujuan hidup utama, melainkan pilihan. Mereka lebih fokus pada kualitas hidup, kesehatan mental, dan kebahagiaan pribadi.

Daripada terburu-buru menikah demi status sosial, mereka lebih memilih hidup tenang, bebas, dan bermakna sesuai versinya sendiri.

Keengganan Gen Z untuk menikah bukan tanda generasi ini anti komitmen, tapi justru bentuk kesadaran baru. Mereka ingin memastikan kalau pernikahan dijalani dengan kesiapan emosional dan finansial, bukan sekadar ikut tren atau tekanan.

Generasi ini sedang mendefinisikan ulang arti bahagia dan cinta lebih realistis, lebih jujur, dan lebih berpihak pada diri sendiri. Karena bagi Gen Z, menikah itu bukan kewajiban, tapi pilihan yang harus benar-benar disiapkan dengan matang.