5 Tanda Cintamu Berubah Menjadi Obsesi Tidak Sehat

Tanda Cintamu Berubah Menjadi Obsesi Tidak Sehat
Sumber :
  • u-report

Namun, saat obsesi tidak sehat terjadi pada dirimu, akan muncul tuntutan pada pasangan untuk bisa menghabiskan waktu denganmu lebih banyak. Kamu bahkan tidak peduli dia sedang sibuk atau punya keperluan lainnya.

Bagimu, jika dia mencintai kamu, maka dia harus memprioritaskan dirimu di atas segalanya. Jelas, selain menunjukkan sikap egois, hal ini akan membuat pasangan menjadi tak nyaman. 

4. Merasa Memiliki Pasangan Seutuhnya 

Karena sudah terikat dalam suatu hubungan, kamu merasa memiliki pasangan seutuhnya, sehingga tidak punya segan mengaturnya sebagaimana yang kamu inginkan.

Mulai dari cara dia berpenampilan, sampai segala aktivitas dan tindak tanduknya kamu atur sebagaimana yang kamu inginkan. Dan jika pasangan menolak atau tidak menuruti. Dalih seperti pasangan durhaka sering kamu lontarkan. 

Padahal, sebagaimana dengan poin nomor satu. Hubungan bukanlah ikatan yang bisa menjajah kehidupan orang lain. Pasangan tetap punya kebebasan menentukan jalan hidupnya, bahkan jika dia ingin berpisah dari kamu karena suatu alasan. 

5. Sering Mengancam Berpisah 

Untuk mengekang pasangannya sendiri, beberapa orang yang memiliki obsesi tidak sehat, sering mengancam dengan perpisahan. Hal itu, supaya pasangan mau tunduk dan melakukan apa yang dia inginkan. 

Nah, saat kamu sering menjadikan ancaman perpisahan sebagai senjata untuk mengekang pasangan. Hal itu juga merupakan tanda hubungan sudah tidak sehat lagi.

Meski, dalam hati kamu tidak memiliki niat untuk benar-benar berpisah. Tapi, sikap itu menunjukkan jika kamu tidak menghargai pasangan. 

6. Berani Melakukan Tindakan Abusive 

Tindakan abusive jika bisa menjadi tanda obsesi yang tidak sehat. Tindakan ini terjadi bisa dikarenakan karena adanya perasaan sudah memiliki pasangan seutuhnya, sehingga kamu merasa bisa melakukan apa saja pada pasangan termasuk melakukan tindakan merugikan.

Selain itu, obsesi yang tidak sehat, biasanya ditandai dengan emosi yang tidak terkontrol. Karena itulah, tindakan abusive sering dilakukan, meski setelahnya, pelaku seolah menyesalinya.  (Ika Tusiana)