Bagaimana Sikap Anak Saat Orang Tuanya Bertengkar?
- freepik.com
Olret – Menyaksikan orang tua bertengkar, berkelahi, banyak anak akan jatuh ke dalam perasaan tidak berdaya dan depresi.
Seorang ibu di Guangzhou, Tiongkok, mengatakan bahwa putranya yang berusia dua tahun tiba-tiba terbangun di tengah malam, memegang tangan ibunya, lalu tangan ayahnya, dan terus berkata, "Rekonsiliasi, rekonsiliasi."
Ternyata sebelum tidur, pasangan itu sempat bertengkar kecil. Mereka mengira anak itu sedang tidur, tetapi bocah lelaki itu masih mendengarnya. "Mata anak adalah kamera video dan telinganya adalah perekam pita. Saat mereka bangun tidur, hal yang paling mereka khawatirkan adalah pertengkaran orang tua mereka," pungkas sang ibu.
Kita sering berpikir bahwa anak-anak tidak mengerti apa-apa, jadi kita bisa berdebat dengan bebas di depan mereka. Namun pada kenyataannya, kepekaan anak-anak berada di luar imajinasi orang tua. Ada kalanya orang tua menganggap itu hanya pertengkaran kecil dan melupakannya setelahnya, tetapi hati anak selalu tegang.
Ilustrasi anak membangkang dan tidak mau mendengarkan orang tua
- https://www.pexels.com/@kindelmedia
Ketika orang tua bertengkar, mereka berkata kepada anak-anaknya: "Ini tidak ada hubungannya denganmu, pergilah ke mejamu dan kerjakan pekerjaan rumahmu."
Namun anak-anak tidak akan bisa kembali ke meja dengan tenang, mereka mungkin akan bersembunyi di balik pintu dengan gelisah untuk menguping atau menangis dalam hati sambil mengepalkan tangan.
Aman atau tidaknya dunia seorang anak tergantung pada stabil atau tidaknya hubungan kedua orang tuanya, dan harmonis atau tidaknya keluarga tersebut.
Pembawa acara TV China Jiang Sida telah berbicara berkali-kali tentang trauma yang disebabkan oleh orang tuanya saat ia masih kecil. Orang tuanya berbicara sesaat, dan bertengkar sesaat. Anak lelaki itu sering kali kesulitan memahami mengapa mereka bertengkar dan apakah dia yang salah.
"Saat terjadi perselisihan, bagaimana mungkin seorang anak berpura-pura tidak tahu apa-apa? Saya selalu merasa tidak berdaya karena tidak mampu menghentikan orang tua saya untuk bertengkar," kata Khuong.
Khuong juga sering menyaksikan mereka saling melempar barang. Suatu hari, sang ayah melempar gelas ke tanah, pecahannya menancap di kaki Khuong hingga menyebabkan pendarahan.
Keduanya baru berhenti bertengkar ketika melihat putra mereka terluka. "Saya merasa cukup puas bahwa pengorbanan saya dapat mengakhiri perang," kenang Khuong.
Dengan orang tua yang rasional, ketika mereka bertengkar mereka biasanya tidak membiarkan anak-anak mereka bersaksi.
Dibesarkan oleh Orang Tua dengan Trauma Masa Lalu
- freepik.com
Namun ada pula orang yang melihat pertengkaran sebagai perebutan kekuasaan dan menuntut agar anak-anak mereka memihak mereka. Namun kenyataannya, seburuk apapun pasangannya, di mata anak, mereka tetap ayah dan ibu yang baik.
“Ayahmu pemalas, jangan seperti dia”; "Ibumu keterlaluan, rumah ini sudah hancur karenanya"... Betapa banyak kata-kata seperti ini yang keluar dari mulut orang dewasa yang ditujukan kepada anak-anak.
Pertengkaran suami istri mungkin akan segera terselesaikan tetapi kesedihan anak-anak tidak dapat dihapus. Sekalipun anak tidak mau meragukan karakter orang tuanya, jika dipaksa memilih, mereka hanya akan berusaha menyenangkan kedua belah pihak karena takut.
Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan seperti itu seringkali sangat sensitif dan selalu merasa rendah diri.
Konflik antara suami istri tidak dapat dihindari. Tetapi jika berdebat, Anda tidak boleh menyakiti anak-anak.
1. Jangan biarkan anak memilih
Kemarahan Antara Orang Tua dan Anak
- freepik.com
Banyak orang tua yang meminta anak-anaknya untuk memilih antara pihak ayah atau pihak ibu saat bertengkar. Tidak peduli di pihak mana mereka berada, anak-anak merasa sulit untuk memilih. Mereka selalu bingung bagaimana cara menyenangkan kedua belah pihak.
Anak-anak tidak perlu menilai benar dan salah dalam argumen orang dewasa. Sebenarnya tidak banyak yang benar atau salah dalam urusan keluarga.
2. Usahakan untuk tidak berdebat di depan anak-anak
Apa pun argumennya, hal itu tidak boleh terjadi di depan anak-anak. Jika hal ini terjadi, ingatlah untuk berdamai di depan anak. Biarkan anak memahami bahwa pertengkaran orang tua bukanlah masalah mereka dan hubungan antara keduanya telah membaik.
Hal ini juga menenangkan perasaan terluka anak. Penting untuk menjelaskan kepada anak-anak bahwa konflik orang tua bukan tanggung jawab mereka dan bahwa mereka tidak melakukan kesalahan apa pun.
3. Biarkan anak tahu bahwa orang tua mereka paling mencintai mereka.
Setelah setiap pertengkaran, yang paling ditakuti anak-anak adalah orang tua mereka akan bercerai, dan mereka tidak akan lagi menerima kasih sayang orang tua. Dengan kata lain, mereka takut tidak akan ada seorang pun yang mencintai mereka lagi.
Jadi beritahu anak Anda bahwa pertengkaran hanyalah masalah kecil antara orang tua, tetapi keduanya tetap mencintai anak tersebut.
Kasih sayang orangtua menentukan mutu pendidikan keluarga. Pendidikan yang penuh cinta membawa keberuntungan; Pendidikan tanpa cinta hanya akan membawa pada ketidakbahagiaan. Tak seorang pun dapat menghindari pertengkaran, tetapi kita dapat menyelamatkan anak-anak kita dari nasib buruk.