Menengok Kehidupan Suku Kajang di Kawasan Adat Ammatoa

Suku Kajang
Sumber :
  • instagram

OlretBulukumba, Sulawesi Selatan memiliki kampung adat yang terkenal dengan aturan yang masih dijaga ketat hingga saat ini yaitu Kawasan Adat Ammatoa. Di sini, kamu bisa merasakan suasana berbeda yang jauh dari modernitas, mengenal alam lebih dekat, dan belajar tentang kearifan lokal dari masyarakat setempat.

Rumah Adat Ammatoa

Wilayah Kajang terbagi menjadi Kajang Dalam dan Kajang Luar. Masuk ke Kajang Dalam, mungkin kamu akan merasakan suasana yang sedikit berbeda dibandingkan di bagian Kajang Luar.

Di kawasan ini hanya terdapat kebun-kebun yang dipagari tumpukan batu, rumah panggung, dan kompleks pemakaman dengan batu-batu nisan berukuran besar. Untuk memenuhi kebutuhan sumber air bersih, terdapat sebuah sumur yang airnya tidak pernah kering meskipun sedang musim kemarau.

Di sini, rumah-rumah terbuat dari kayu dengan model panggung dengan tangga batu yang tertata rapi dan semuanya menghadap ke barat. Rumah adat Ammatoa memiliki sebuah ruangan besar dengan sejumlah kamar dan dapur di bagian depan.

Konstruksi rumah hanya menggunakan bahan-bahan alam seperti daun nipah dan alang-alang untuk atap, ijuk dan rotan sebagai pengikat, serta bambu untuk dinding dan lantai. Sedangkan kayu hanya digunakan sebagai balok pasak yang melintang dari sisi kiri ke kanan rumah. Rumah-rumah tersebut juga dilengkapi aksesori seperti anjungan berbentuk tanduk kerbau atau ukiran kayu.

Rumah tetua adat atau kepala Suku Ammatoa Kajang ini juga tidak berbeda dengan rumah warga kebanyakan. Rumahnya terbuat dari kayu dengan konstruksi sederhana dan perabotan tradisional di dalamnya. Perlengkapan makan minum pun terbuat dari tempurung kelapa. Rumah memiliki loteng yang berfungsi untuk menyimpan tikar dan peralatan yang tidak sedang digunakan.

Keunikan Kampung Adat Ammatoa

Suku Kajang

Photo :
  • instagram

Kawasan adat ini memiliki luas 314 hektare meliputi empat desa di dalamnya yaitu Desa Bonto Aji, Tana Toa, Pattiroang, dan Malleleng. Jumlah penduduknya sekitar 5.000 jiwa yang merupakan Suku Kajang. Dari pusat Kabupaten Bulukumba, kampung ini dapat dijangkau dalam waktu sekitar 2 jam atau 6 jam dari Makassar.

Dalam keseharian, masyarakat di Ammatoa berkomunikasi dengan bahasa suku setempat yaitu bahasa Konjo. Kawasan adat ini dipimpin oleh kepala suku yang dipanggil Amma dan dibantu oleh 26 orang Galla atau pemangku adat yang memiliki tugas dan tanggung jawab berbeda.