Trail Run : Gunung Batu Jonggol, Uji Adrenalin di Ekstrimnya Cuaca Bogor
- Viva/Idris Hasibuan
Semakin lama berjalan semakin jalan pun menanjak. Hanya sesekali kami bertemu dengan pendaki yang turun karena memang sudah lebih dari jam 2. Kami masih semangat melangkah kan kaki dengan tancap gas yang lumayan untuk mengejar waktu. Dan setelah 30 menit, akhirnya kami sampai di camping area.
Di sini ada beberapa pendaki yang sedang beres-beres tenda untuk pulang, sedangkan kami istirahat sejenak di sini.
Camping Area Menuju Puncak, Jalanan Terjal, Bebatuan Serta Tali Menjadi Alat Bantu Untuk Mendaki Kali Ini.
Setelah istirahat kurang lebih 5 menit, kami pun melanjutkan perjalanan menuju puncak. Dan parahnya lagi, jalanan semakin terjal dan membuat kami semakin ngos-ngosan. Tanjakan demi tanjakan kami lalui, dan di sini kami bertemu dengan seorang pendaki dari bogor. Dan akhirnya kita mendaki bersama dan menjadi bertiga.
Setelah kurang lebih 20 menit dengan jalanan yang ekstrim, akhirnya tibalah kita di puncak gunung batu jonggol. Sang merah putih berkibar gagah di puncak Gunung ini. Dari puncak kami bisa melihat dengan jelas beberapa daerah di bogor. Namun hanya sekejap karena suasana semakin mencekam.
Diterjang Badai dan Kabut yang Tebal, Puncak Gunung Jonggol Terlihat Mistis dan Menusuk Kalbu.
Puncak Gunung Jonggol
- Viva/Idris Hasibuan
Setelah sampai puncak, sang bendera merah putih berkibar dengan gagah di sini. Hanya ada dua buah bendera, bebatuan dan tentu saja rerumputan serta tebing-tebing. Sepanjang mata memandang mata, hanya terlihat dengan jelas gagahnya gunung gede dan Pangrango di langit Cianjur.
Hanya berkisar kurang lebih 10 menit, angin bertiup dengan kencang dan diselimuti kabut tebal. Sedangkan pendaki lainnya baru sampai di puncak, kami memutuskan untuk turun meski mereka baru saja sampai sekitar 1 menit. Dan pada akhirnya pun mereka terpaksa turun karena memang kabut semakin tebal.
Untuk menuju turun juga masih diselimuti kabut tipis, si rahman menyarankan jangan turun begitu juga dengan pendaki lainnya. Karena memang itu sangat disarankan karena banyak yang hilang biasanya ketika terjadi kabut.
Sedangkan menurut aku lebih baik turun tapi jarak antara kita selalu dekat karena memang tak memungkinkan di puncak gunung Jonggol. Selain tidak ada pohon, tentu saja kedinginan dan hypotermia bisa jadi melanda. Dan pendakian yang satunya juga setuju dan akhirnya kita memutuskan turun perlahan-lahan.