Kisah Nyata : Misteri Pendaki Tanpa Kepala di Gunung Sumbing
- ngayap.com
Olret – Dibalik keindahan Gunung Sumbing yang gagah dan perkasa, ternyata menyimpan penghuni lainnya yang tak kasat mata.
Pendakian gunung sumbing dengan ketinggian 3.371 Mdpl memang sangat menguras tenaga bahkan menguji kesabaran. Terkadang, jika sedang sial atau mungkin melanggar etika di gunung, sering sekali pendaki mengalami hal-hal yang berbau mistis.
Seperti yang dialami oleh pendaki yang bernama Bisri. Dia menuturkan ketika mendaki di Gunung Sumbing pada bulan Februari 2018 silam mengalami hal yang tak di inginkan dan mungkin bisa menjadi trauma. Berikut kisah lengkapnya.
**
Ini adalah kisah pendakianku di gunung sumbing, lebih tepatnya 02.02.2018. Dalam pendakian gunung sumbing, saya memilih jalur pendakian Pos Garung. Kenapa pos garung?
Karena atas saran teman dan banyak juga teman sesama pendaki menyarankan pendakian lewat pos garung. Memiliki ketinggian 3.371 Mdpl gunung sumbing adalah gunung tertinggi ke 2 se Jawa Tengah.
Maka dari itulah aku dan temanku harus memiliki fisik dan perlengkapan lengkap. Seminggu sebelum melakukan pendakian gunung sumbing aku tak lupa lari-lari agar fisikku terjaga.
Gunung sumbing memiliki beberapa pos dan memakan waktu -+8 jam sampai ke puncak Sejati, tentunya dengan catatan tak ada rintangan yang berarti. Pendakianku sendiri hannya berjumpalah 2 anggota saja berangkat dari Grobogan. Tapi waktu sampai di pos pendakian Garung, tentunya banyak pendaki lain yang akan mengiringgi perjalana biar gak kesepian.
Sekitar jam 4 sore saya dan temanku beserta pendaki lainnya meninggalkan pos garung menunju Puncak Sejati Gunung Sumbing. Perjalanan yang sangat menyenangkan ditemani udara yang sejuk, selain itu sepanjang perjalanan juga banyak para petani mengelola lahannya, Sungguh Nikmat Mana Yang Kamu Dustai.
Sekitar jam 05:30 sampai juga di pos pertama atau pos 1, keadaan sudah mulai gelap dan hawa dinggin mulai merasuki tulang belulangku. Aku dan temanku beristirahat sejenak dan tak lupa mengerjakan kewajibanku sebagai seorang muslim Sholat Maghrib.
Setelah selesai sholat dan memakan-makanan ringan akhirnya perjalan dimulai lagi. Tak lupa aku menyalakan penerang yang aku taruh dikepala agar menerangi perjalananku, jangket tebalpun aku pakai agar menguranggi rasa dinggin yang menyerang.