Kisah Nyata (Part 4): Angkernya Jalur Dukuh Liwung Gunung Slamet

Gunung Slamet
Sumber :
  • instagram

Pendakian dari Pos 3 ke Pos 4 berjalan lancar, begitu pun sampai Pos 5. Sesekali kami menjumpai kelompok pendaki lain, tidak banyak memang.

Pendakian dari Pos 3 ke Pos 4 berjalan lancar, begitu pun sampai Pos 5. Sesekali kami menjumpai kelompok pendaki lain, tidak banyak memang, tidak sesering seperti pendakian-pendakian kami sebelumnya, yang setiap saat pasti saja berpapasan dengan pendaki lain, bahkan bisa juga sampai terjadi kemacetan.

Entah kenapa, kami baru bertemu dengan mereka selepas dari Pos tiga ini, sedangkan dari basecamp sampai Pos tiga tidak ada satupun pendaki lain yang kami temui, kecuali di tempat kami bermalam.

Singkat cerita, ternyata jalur dari Pos tiga sampai atas merupakan titik pertemuan dari beberapa jalur lain. Saya lupa pastinya jalur apa saja itu, yang pasti para pendaki lain itu, berasal dari sana.

Pak Sakri, yang semula dijadwalkan hanya akan menemani kami sampai Pos dua, tentu saja tidak kami ijinkan pulang. Mengingat kejadian-kejadian yang kami alami, kami sudah pasti membutuhkan beliau untuk menemani kami kembali sampai kami turun dari gunung ini.

*

Tibalah kami di Pos Bayangan. Sebuah tanah datar yang tidak terlalu luas, ada beberapa pohon yang dapat kita gunakan untuk bersandar. Pos bayangan ini adalah Pos sebelum kami benar-benar sampai di Pos terakhir jalur ini, yaitu Pos 5. Ketika kami sampai ada beberapa pendaki lain yang juga sedang istirahat disana.

Seperti sudah saling mengerti ketika kami datang dan memberi salam, mereka bergegas bersiap melanjutkan pendakian mereka.

Mungkin mereka paham, bahwa tempat ini terlalu sempit jika dihuni kami semua secara bersamaan, jika dirasa cukup waktu mereka beristirahat, maka mereka akan memberikan kesempatan pada pendaki lain untuk bergantian.

Kami langsung mengambil posisi masing-masing, ada yang bersandar di pohon, ada yang bersandar di carriel tanpa melepasnya. “Aaaahhhhhh.” Seru kami hampir kompak, sambil meregangkan otot-otot punggung dan kaki yang pastinya sudah bekerja paling keras sejak awal pendakian ini.

Makanan-makanan kecil pun kami keluarkan. Madu berbentuk stik agar mudah dihisap, dan sedikit coklat dan roti untuk mengganjal perut kami yang mulai keroncongan. Ah seandainya kami punya cukup waktu, ingin rasa nya mengeluarkan nesting dan memasak Mie Instan.