Kisah Nyata (Part 1): Angkernya Jalur Dukuh Liwung Gunung Slamet

Gunung Slamet
Sumber :
  • instagram

Awal perjalanan kami disambut kebun-kebun warga, yang tertata rapih khas pedesaan. Melalui tanah lapang dimana ada tugu batas desa ini disana.

Lalu kami disambut kebun Karet yang pohonnya menjulang tinggi berjejer rapih seolah mengucapkan selamat datang pada kami semua. Selepas melewati kebun karet, kembali kami menemui perkebunan warga, dan disanalah kami menemui Pak Sakri untuk pertama kali nya. Pak Sakri seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, usianya mungkin kurang lebih 40 tahun, tubuhnya kurus namun berotot khas penduduk desa yang suka bekerja keras. Pekerjaan hari-hari beliau adalah berkebun, sama seperti penduduk lain desa ini.

Setelah berkenalan dan berbincang sebentar, kami menunggu Pak Sakri bersiap-siap. Pak Sakri sebenarnya bukan porter yang seharusnya menemani kami, tapi anak Mbah yang satunya yang mengantarkan kami bertemu Pak Sakri ini lah yang seharusnya menemani kami sampai Pos 2, namun karena satu dan lain hal, akhirnya Pak Sakri menggantikan posisinya.


Perjalanan dimulai kembali dengan Pak Sakri membuka pembatas kebun yang terbuat dari pagar bambu agar kami bisa melewati jalur pendakian ini. Dengan ini jelas mamastikan bahwa jalur ini bukan jalur pendakian umum biasa, namun hanya orang-orang tertentu yang tau keberadaan jalur ini saja yang melewatinya.

Awal memasuki jalur ini kami disambut oleh pohon-pohon besar nan tinggi dengan akar2 besar bergelantung disana sini menjadi pemandangan alam yang asri namun kesan angker tak bisa dipungkiri. Jalur ini lebih terlihat seperti hutan rimba daripada jalur pendakian gunung pada umumnya. Jalan setapaknya sudah banyak tertutup pepohonan dan agak licin tanda jarang dilewati.

Namun karena hari masih sore dan matahari bersinar dengan cantiknya menembus celah-celah pepohonan yang kian gagah tertancap di setiap sudut hutan ini, tetap menyajikan pemandangan yang indah dimata kami.

Tidak terasa, sejuknya udara, indahnya pemandangan itu, mengantarkan kami yang tanpa sadar sudah sampai di Pos pertama jalur pendakian ini, ada sedikit tanah lapang disana. Kami memutuskan untuk beristirahat sejenak menikmati segarnya udara dan sejuknya cuaca sore itu.