Kisah Nyata (Part 1): Angkernya Jalur Dukuh Liwung Gunung Slamet
Setelah cerita panjang lebar, dan meneguk teh hangat yang disediakan oleh istri si mbah,dan suasana sudah mencair dari cerita-cerita horror yang dituturkan sebelumnya, pertanyaan terakhir si mbah adalah siapa diantara saya dan Widi yang sedang Haid? Atau waktu haid nya sudah dekat?, sempat saling lirik, namun Alhamdulillah saya baru selesai masa itu, tapi tidak dengan Widi, sepertinya dia akan haid dalam waktu dekat.
Si Mbah lalu memberikan kami sebuah bungkusan berbalut kain putih, berisikan kemenyan. Kami sempat bingung, lalu si Mbah menjelaskan bahwa, kalau diatas nanti salah satu diantara kami datang bulan, mohon jangan ikut muncak, agar berdiam diri saja ditenda, dan sebelum turun, kami diperintahkan untuk membakar kemenyan tersebut dan meraupkan asap nya ke wajah kami masing-masing, bukan hanya saya dan Widi, tapi kami ber tujuh.
Tujuannya adalah agar kami tidak disesatkan oleh penghuni gunung ini, ketika perjalanan pulang nanti. Saling curi pandang tak terelakkan dari wajah kami, tapi kami pun tidak mungkin menolaknya. Akhirnya kami memutuskan tetap membawa bungkusan kain putih itu bersama kami menaiki gunung ini.
*
Waktu sudah menunjukkan sore hari, kami pun bergegas mengemasi barang kami untuk melakukan pendakian. Nantinya kami akan ditemani oleh Pak Sakri penduduk asli Desa ini dan masih satu keluarga dengan si Mbah.
Sebelumnya kami sebenarnya tidak berniat memakai jasa porter atau sejenisnya, karena kami tidak pernah melakukan itu dipendakian-pendakian kami sebelumnya, namun dari cerita si Mbah, si mbah menyarankan agar kami ditemani anaknya minimal sampai Pos 2, karena jalur ini masih jarang dilewati dan banyak sekali jalur bercabang yang bisa membuat kami bingung dan bisa jadi membuat kami tersesat. Akhirnya kami setuju, karena kami pun tidak mau ambil resiko jika yang dikatakan si mbah adalah benar adanya.
Akhirnya setelah selesai berkemas dan berpamitan pada si Mbah dan keluarganya, seperti biasa tidak lupa pula kami memanjatkan doa mohon keselamatan kepada Allah SWT untuk pendakian kami kali ini, setelahnya barulah kami mulai menapaki jalur pendakian legenda ini.