Perjalanan Mistis Di Gunung Semeru, Diganggu Penghuni Dunia Lain (Part 2)

Perjalanan Mistis Di Gunung Semeru
Sumber :
  • idris hasibuan

"kenapa kamu Dho.....?"

"kali ini kamu benar il, ayo kita lanjutkan perjalanan tapi kamu di depan"

"memangnya apa yang barusan terjadi.....?"

"aku barusan diterjang babi hutan, tapi tembus ke dadaku"

"ini gila, benar-benar gila"

Mail ngomel sambil mengawali melanjutkan langkah. Aku mengekor dibelakangnya masih dengan ketakutan tingkat tinggi. Karena disekelilingku masih terlihat banyak binatang liar yang saling berkejaran. Sholawat terus mengalir, perang antara dunia nyata dan ghoib terus berlangsung dibatinku. Akhirnya kembali sepi, arah tujuan mulai nampak gelap. Perasaan mulai lega.

"Mail itu di depan watu babi apa babi hutan beneran"

aku melihat onggokan batu yang nenyerupai babi, jadi kamu menyebutnya watu babi bertanda di depan sudah terbentang Ranu Kumbolo.

"watu babi Dhox"

"alhamdulillah berarti pandanganku sudah mulai normal"

Hari telah gelap, secara bersamaan aku dan Mail berhenti dan secara bersamaan pula kami reflek berucap "feelingku ini sudah di gubuk pendaki"

"iya, tapi mana gubuknya"

"danaunya juga tidak ada"

kami berdua berpandangan keheranan.

Suara adzan tiba-tiba terdengar, berbarengan dengan munculnya gubuk pendaki di depan kami. Kami berdua berdiri tepat di depan pintu gubuk.

"Lho.......ini gubuknya.... "

"itu danaunya..... "

Kedua tempat yang semula tidak nampak dimata kami sekarang hadir dengan nyata. Aku melongok ke dalam gubuk yang ternyata penuh dengan pendaki, ku tanya pada pemilik radio yang mengumandangkan suara adzan itu.

"mas itu adzan apa.....?" beberapa orang menyahut bersamaan

"adzan maghrib mas" "apaaaa....... maghribbbbb..... " kami berdua terbelalak tak percaya.

Siapapun yang pernah ke Ranu Kumbolo tak akan ada yang percaya, perjalanan Ranu Pane ke Ranu Kumbolo ditempuh kurang dari satu jam. Kami berdua selaku pelaku sejarah sampai saat ini seakan tak percaya, aneh tapi nyata.

Belum habis rasa heran kami, saat membalikkan badan hendak mencari tempat istirahat. MasyaAllah di kanan kiri jalan yang kami lalui tadi penuh tenda yang berjajar. Sebelumnya tidak kelihatan oleh mata dan anehnya lagi tidak satupun tertubruk oleh kami. Mereka semua memandang kami penuh keheranan, sebaliknya kami berdua.