Part 5 : Teror Gunung Dempo Pagar Alam Sumatera Selatan
- Viva/Idris Hasibuan
"Nenek Buyut maafkan kami Nenek. Tolonglah kami Nenek Setue, " Kudengar suara Bang Idan mengiba memohon maaf.
Yuni menatap mata Bang Idan lekat, lalu perlahan menjadi tenang. Dia tak lagi mengamuk dan bergerak liar, tapi geraman-geraman mirip harimau masih terus terdengar dari mulutnya. Begitupun yang terjadi pada Bang Amran, dia pun mendadak menjadi tenang, matanya tertutup. Aku mengucap syukur dalam hati. Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah.
Kulihat Bang Idan menarik nafas panjang beberapa kali. Dia tampak sudah sangat kelelahan. Aku berdoa semoga Allah melindungi kami, terutama Bang Idan. Jika Bang Idan ikut kesurupan, kami semua tamat.
"Dek, Le, Nes, masih kuat kalian?" Tanya Bang Idan.
"Kuat bang." Jawab kami nyaris serempak.
"Aku jaga Amran, bisa kalian jaga Yuni? Jangan sampai dia berontak dan lari ke jurang." Tanya Bang Idan lagi.
"Bisa Bang. Kami akan jaga.'' jawabku.
Bang Idan mengangguk. Lalu dia berdiri dengan lemah sambil memapah Bang Amran.
" Dek, kalian jalan duluan." Kata Bang Idan.
Kami menurut. Anes dan Ale memegangi Yuni, dan aku berjalan paling depan sambil memegangi senter.
Saat cahaya senter ku arahkan ke jalur aku langsung gugup. Sebelumnya jalur itu sudah kami lewati, tapi sekarang aku tak mengenali jalur di depanku ini.
"Ada apa, dek?" Tanya Bang Idan.
Wajahku menoleh kearah Bang Idan, mimik gugup dan takut terlihat jelas di wajahku.
"Bang, kek mana ini Bang? Jalurnya jadi ada dua bang?"
Bang Idan seakan tak mempercayai ku hingga akhirnya dia melihat sendiri. Jalur itu kini ada dua, dan kedua jalur itu tak ada yang kami kenali sama sekali.
"Insting kau pilih yang mana, Dek?" Tanya Bang Idan.
Aku menjawab tanpa ragu, "logikanya yang kiri pasti ke jurang, Bang. Yang benar yang kanan kalo instingku.
Bang Idan tampak berpikir dengan keras. Kami semua diam menunggu keputusan Bang Idan. Lalu Bang Amran membuka matanya, dia menatap kami satu persatu sambil nyengir disusul tawa terbahak-bahak