Part 5 : Teror Gunung Dempo Pagar Alam Sumatera Selatan

Pos 3 Menuju Pos 4 Gunung Ungaran
Sumber :
  • Viva/Idris Hasibuan

''Dek, kamu liatin Anes. Jangan lengah. Kamu juga Nes, doa terus menurut keyakinanmu. Fokus jalan, jangan toleh-toleh."

Aku dan Anes mengiyakan.

Kami mulai bergerak lagi. Bang Idas berjalan paling depan sambil terus memegangi Bang Amran. Lalu Yuni, Aku, Ale dan Anes tetap di belakang.

Mulai dari sini gangguan-gangguan semakin meningkat. Tangan-tangan kurus menggapai-gapai dari semak, kepala yang menggelinding, kuntilanak berkali-kali melintas di depan, kadang di atas kepala kami. Di suatu waktu Yuni berteriak meminta tolong, rupanya rambutnya ditarik oleh kuntilanak yang terbang di atas kepalanya.

Lalu kudengar suara Bang Idan berdoa, "Nenek Buyut, maafkan kami Nenek Buyut. Tolong jangan ganggu kami Nek. Jika kami ada kesalahan kami minta maaf, Nenek Buyut.... "

Hampir satu jam berjalan kami sampai ditempat yang tidak asing buatku. Kakiku langsung lemas saat melihat kaos dalam putih tergantung di akar. Itu adalah kaos yang kami tinggalkan satu jam lalu! Sejak tadi aku sudah curiga kalau kami hanya jalan berputar-putar, tapi saat akhirnya terbukti, seluruh tubuhku langsung lunglai.

Bang Idan dan yang lain juga melihat kaos itu. Reaksi mereka persis denganku. Kami langsung duduk dan menundukkan kepala ke tanah. Aku rasanya sudah tak sanggup lagi berjalan.

Dari sudut mata, kulihat Yuni yang duduk di sebelahku tiba-tiba bertingkah aneh. Dia menjatuhkan diri dan mulai merangkak. Tangannya terlihat mencakar-cakar tanah. Sebelum kami sadar apa yang terjadi, Yuni mengeluarkan suara auman yang menciutkan nyali.

Bulu kuduk ku menegak. Tapi menyadari didepan kami adalah jurang yang menganga, dengan cepat aku menangkap Yuni yang sedang mencakar-cakar dahan pohon sambil meraung. Aku khawatir Yuni yang sedang kerasukan akan melompat ke jurang. Tapi usahaku dipatahkan dengan mudah.

Aku hampir tak percaya, Yuni yang bertubuh kecil bisa melemparku begitu saja. Kedua temanku yang lain, Ale dan Anes membantu, tapi kembali mereka dibanting begitu saja. Kemudian secara bersamaan kami bergerak dan menangkap Yuni.

Bang Idan tak ikut membantu karena Bang Amran juga memberontak berusaha melepaskan diri sambil marah-marah. Nafasku memburu, irama jantungku berderap kencang tak beraturan. Aku dan Ale yang memegangi tangan kanan dan kiri Yuni dibanting kesana-sini dengan mudah, tapi kami masih terus menolak melepaskan. Anes yang memegangi Yuni dari belakang juga tak luput dari amukan Yuni.