Part 1 : Teror Gunung Dempo Pagar Alam Sumatra Selatan
- Youtube
Petir yang Menyambar Cantigi Manggangu Konsentrasiku dan Jantungku Pun Hampir Copot Rasanya.
Aku sedang konsentrasi pada nafasku ketika tiba-tiba petir menyambar pucuk pohon cantigi di belakang kami. Jantungku hampir copot karena kaget. Sebuah titik api terlihat di bekas sambaran petir tadi sebelum akhirnya hilang tersiram hujan. Kami semua saling berpandangan tanpa berkata apa-apa. Belum juga hilang rasa kaget kami, sebuah petir yang lain menyambar pohon cantigi yang lebih dekat.
Lalu petir yang lain menyambar sebuah batu besar yang jaraknya lebih dekat lagi. Batu itu langsung terbelah dan terbakar api. Jantungku berderap kencang. Firasat ku mengatakan ada sesuatu yang salah. Instingku berteriak-teriak agar aku cepat lari dari situ. Petir-petir ini mengejar kami!!
Dan tanpa komando lagi, kami semua berlarian dengan panik semampu yang kami bisa. Petir- petir terus menyambar di belakang kami, semakin mendekat. Tiap kali suaranya menggelegar jantungku seakan berhenti berdetak. Dalam kepanikan itu sesekali kudengar isak tangis Yuni yang ketakutan.
Lalu sebuah tiang cahaya putih raksasa menghunjam beberapa meter di depan kami. Aku pasrah. Petir sedekat ini, aku tak mungkin selamat.
Tapi itu bukan petir.
Di depan kami, hanya beberapa meter jauhnya, adalah seorang perempuan cantik bergaun putih. Matanya menatap kami penuh kebencian. Mimik wajahnya terlihat sangat marah.
Seluruh tubuhku gemetar, tapi aku tak mampu bergerak walau hanya untuk menunduk. Yang bisa kami lakukan hanya terpaku menatap senyum sinisnya. Kedua tangannya terlihat sedang memainkan sesuatu. Dan jantungku berdesir, menyadari yang ada ditangannya adalah kartu remi bergambar p0rn* milik Bang Idan.
Seiring senyumnya yang menghilang, tangannya terangkat pelan dan terlihat mengancam. Jari telunjuknya menunjuk lurus ke arah Yuni. Lalu sebuah suara terdengar, lembut tapi mengerikan.
".....Kamu punya saya.... "
Sebuah petir menyambar lagi, seketika perempuan bergaun putih itu hilang tak berbekas diiringi suara cekikikan yang menggema diantara pohon-pohon cantigi Puncak Dempo. Aku ketakutan setengah mati. Kakiku mendadak lemas dan mataku mulai panas. Yuni lebih parah. Kulihat tubuhnya gemetar tak terkendali.