Semangat Tutus Setiawan Sebagai Lentera Bagi Penyandang Disabilitas.

Tutus Setiawan
Sumber :
  • viva.co.id

Ada juga yang diajari menggunakan komputer agar bisa melihat luasnya dunia maya, serta meningkatkan ilmu teknologi informasi. Tak lupa, mereka juga dilatih mentalnya agar mudah beradaptasi di masyarakat.

Kisah Ratna Indah Kurniawati, Memerangi Stigma Dusta Kusta Sekaligus Merangkul Penderitanya

Bagi Tutus, mendidik anak-anak tunanetra memiliki keistimewaan tersendiri. Sebab dari situ ia tertantang untuk mengasah kreativitas menciptakan metode dan media pembelajaran yang tepat. Seperti alat-alat peraga timbul yang bisa diraba, serta memanfaatkan indra-indra lain yang masih berfungsi normal.

Jadi rasa insecure karena keterbatasan yang dimiliki bisa ditekan dan bisa lebih mencintai diri sendiri. Mereka juga bisa melihat dan mengembangkan potensi besar dalam dirinya.  

Azza Aprisaufa: Solusi Cerdas Mengatasi Pengangguran Sarjana dengan Aplikasi Jasa Sarjana

Hasilnya sendiri sudah terlihat dan begitu luar biasa. Contohnya, Alfian (24), salah satu anggota LPT rajin berlatih dan mendalami teknologi informasi di LPT berhasil menjadi Juara II dalam ajang Global IT Challenge di Jakarta saat masih kelas 3 IPS SMA Negeri 8 Surabaya 2016 lalu. 

LPT ini juga bersifat sukarela, mereka memberikan bimbingan belajar juga pelatihan khusus untuk tunanetra tanpa dipungut biaya. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Tutus bekerja di Sekolah Luar Biasa Tipe A Yayasan Pendidikan Anak Buta (SLB-A YPAB), Surabaya. 

Kang Mulyana, Inspirator Penggerak Kampung Berseri Astra Cibuntu Kuningan Pantang Menyerah

Semangat Tutus dan Kawan-Kawan Tak Pernah Padam Untuk Memenuhi Hak Disabilitas Tunanetra

Hingga kini, semangat Tutus Setiawan dan kawan-kawan tidak pernah padam untuk terus menyuarakan hak disabilitas tunanetra di masyarakat. 

Selain membentuk LPT (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat), Sabtu (3/12) lalu di Yayasan Pendidikan Anak Buta (YPAB) mereka resmi mendirikan Radio Braille Surabaya. 

Pendirian media inklusif pertama di Surabaya bertujuan untuk menyampaikan isu terkait hak disabilitas tak lagi harus secara tatap muka atau luring.

”Media memiliki peran penting untuk membawa aspirasi. Supaya tidak hanya diperhatikan saat menang lomba saja. Padahal, banyak aspek yang bisa dieksplorasi,’’ ucap Pemred RBS Tutus Setiawan (19/12).

Semangat Tutus ini harusnya menjadi inspirasi perubahan bagi siapa saja, baik masyarakat normal maupun disabilitas. 

Sebagaimana yang pernah disampaikan Aloysia Vira Herawati (41), staf peneliti Pusat Hak Azasi Manusia Universitas Surabaya (Ubaya), meski memiliki keterbatasan fisik dan sosial, Tutus dan kawan kawan punya semangat kemandirian serta perubahan. 

Halaman Selanjutnya
img_title