Insiden Ronaldo yang Terjadi 14 Tahun Lalu Kembali Muncul, Media Sosial Gempar
- Instagram: @cristiano
Olret – Cristiano Ronaldo terus menjadi pusat perhatian ketika Walter Pandiani, mantan striker Osasuna, mengenang tabrakan yang memalukan dengannya pada tahun 2011, ketika CR7 dituduh "sombong" karena mengejek gaji lawannya.
Ronaldo telah bermain untuk banyak klub besar seperti Sporting Lisbon, Manchester United, Real Madrid, Juventus, dan saat ini Al Nassr, dengan segudang prestasi: 5 Bola Emas, 4 Liga Champions bersama Real Madrid, dan lebih dari 900 gol dalam kariernya.
Namun di saat yang sama, kepribadiannya yang kuat dan sifatnya yang arogan seringkali membuat lawan-lawannya marah. Salah satu kisah yang paling diingat adalah tabrakannya dengan Walter Pandiani pada tahun 2011, dalam pertandingan antara Real Madrid dan Osasuna di La Liga.
Menurut Pandiani, suasana tegang di El Sadar hari itu membuat Ronaldo marah.
"Penonton bersiul dan menghinanya sejak pemanasan. Dia marah, bahkan menendang bola ke tribun penonton saat berlatih tendangan bebas," kenang mantan penyerang Uruguay itu.
Puncaknya terjadi setelah sebuah pelanggaran, ketika Ronaldo mendorong rekan setim Pandiani, Camunas, hingga terjatuh.
"Saya langsung berlari melindungi rekan setim saya, mendorong Cristiano. Dia menatap saya dan bertanya siapa saya dan berapa gaji saya."
Ketegangan tak berhenti di lapangan. Di terowongan, bentrokan berlanjut, kali ini melibatkan Sergio Ramos. Pandiani mengakui:
“Saya sangat marah, begitu pula mereka. Saya tidak suka sikapnya. Dia orang yang arogan. Dia pencetak gol yang hebat, tetapi perilakunya tercela.”
Insiden itu semakin memanas ketika pelatih Jose Mourinho, yang saat itu melatih Real Madrid, dengan nada sarkastis berkata:
"Pandiani hanya mencari sedikit ketenaran setelah 11 tahun bermain di liga tertinggi."
Hal ini membuat striker Uruguay itu semakin kesal: "Sangat sulit untuk menerimanya."
Ini bukan satu-satunya kali Pandiani mengkritik Ronaldo secara terbuka. Pada tahun 2014, ia mengatakan bahwa CR7 memenangkan Ballon d'Or hanya karena ia "terlalu banyak menangis". Meskipun pensiun pada tahun 2016, pemain berusia 49 tahun itu sering mengenang insiden tersebut, menganggapnya sebagai bukti kesombongan Ronaldo.
Insiden itu langsung memicu perpecahan di komunitas penggemar. Banyak penggemar yang sependapat dengan Pandiani:
"Sebenarnya, saya percaya pada Pandiani. Ronaldo memang berbakat, tetapi semua orang tahu dia arogan. Menanyakan gaji orang lain di tengah lapangan sungguh tidak sopan." Namun, ada juga pendapat yang berseberangan: "Semua orang terkadang marah di lapangan. Saat itu, Ronaldo dicemooh oleh penonton, dan reaksinya yang berlebihan itu wajar. Menyebutnya arogan agak kasar."
Yang lain yakin Pandiani mencoba mengungkit masa lalu untuk menarik perhatian: "Sudah 14 tahun berlalu dan Anda masih mengungkit masa lalu, kedengarannya Anda hanya ingin perhatian. Meskipun Ronaldo telah memenangkan semua gelar, tidak ada yang mengingat Pandiani."
Insiden itu sekali lagi memecah belah komunitas: bagi banyak orang, Ronaldo adalah seorang jenius di lapangan, "pembunuh kotak penalti" yang tak tertandingi; tetapi bagi lawan-lawannya, ia juga merupakan contoh kepribadian yang arogan, siap menantang siapa pun, baik di dalam maupun di luar lapangan.