Aku Menerimamu Apa Adanya Dirimu, Sayang!
- freepik.com/author/jcomp
Olret – Darah mengalir deras hingga ke kaki Nayla. Ia meringis setiap kali melakukan sayatan. Tetapi ia yakin, ini hal terbaik yang bisa ia usahakan. Semakin lama, Nayla tak lagi merasakan sakit. Ia kini menikmati setiap gurat luka yang ia gambarkan di perutnya. Sesekali ia tertawa sambil menatap kaca.
Nama Ardi muncul di layar ponselnya. Dering lagu kesukaan Nayla kini menjadi lagu latar dari setiap sayatan yang ia gambarkan. Nayla hanya melirik sekilas ke layar ponselnya. Lima kali panggilan Ardi, dan tak ada satupun yang Nayla angkat.
“Tunggu sebentar sayang. Aku harus cantik sebelum bertemu denganmu.”
Nayla kembali melanjutkan sayatannya. Kini ia mengambil lemak-lemak berlebih di perutnya menggunakan garpu dan pisau yang ia gunakan barusan. Meletakkannya di mangkuk yang telah ia siapkan.
Ia kemudian menyayat beberapa sayatan lagi di beberapa titik lemak di perutnya. Hingga ia merasa cukup, kemudian meletakkan pisau dan garpunya ke dalam mangkok. Dan saat itu pula, kesadaran Nayla hilang. Ia tergeletak bersimbah darah di lantai kamar kosnya.
Ujian semester tiga baru selesai. Nayla melambaikan tangan ke arah Ardi yang datang dari arah yang berlawanan, menjemput Nayla. Mereka akan pulang lalu kemudian nonton film bersama untuk sedikit rehat dari lelahnya ujian semester. Sayangnya, saat ia akan melangkah mendekati Ardi, ia mendengar seseorang berkata kepada temannya.
“Ardi tuh matanya buta. Banyak anak-anak yang mau sama dia, dia malah milih anak semester tiga yang cantik juga nggak, gendut iya.” Dengan nada sinis perempuan itu berkata. Nayla yang mendengar itu hanya menghela napas berat, kemudian menghembuskannya. Ia kemudian tersenyum kembali dan sedikit berlari menghampiri Ardi.
“Gimana ujian?” Tanya Ardi kemudian.
“Seperti biasa. Tapi ada soal yang bikin aku kelabakan. Tapi, aku usaha jawab kok.” cerita Nayla kemudian.
“Nggak apa-apa yang penting kamu udah usaha. Nontonnya jam 7 malem aja ya. Aku ada volly dulu nanti sore. Pulang volly aku jemput ke kos.”