Kisah Nyata (Part 4): Angkernya Jalur Dukuh Liwung Gunung Slamet

Gunung Slamet
Sumber :
  • instagram

Tapi sudah lah, Pos 5 yang merupakan pos terakhir jalur ini, sepertinya sudah tidak jauh lagi. Lagi pula hari sudah mulai sore, langit terlihat agak mendung, sepertinya akan turun hujan, lebih baik bergegas agar kami segera sampai atas sebelum hujan benar-benar turun.

Kisah Pedagang Ikan Cantik Cirebon: Uang Tak Pernah Habis, Nyawa Melayang Jadi Tumbal Tuyul Kelas Kakap

Setelah istirahat dirasa cukup, dan tak lupa meneguk sedikit air untuk melepas dahaga, kami melanjutkan perjalanan ini. Baru saja memulai perjalanan, Panji tiba-tiba saja tersungkur. Tapi kali ini bukan karena mahkluk ghaib atau sejenisnya, sepertinya Panji memang kelelahan.

“Hayati lelah Bang!” ucapnya seraya bangkit dari jatuhnya. Gelak tawa pecah seketika, bukan karena kami tak simpati tapi memang jatuhnya lucu sekali. Fahmi dan Bang Epps membantunya berdiri, karena bobot tubuh Panji yang besar, membuat mereka harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menariknya.

Kuncian Maut di Puncak Gunung Jawa Barat: Kisah Pasangan Tewas "Gancet" Setelah Diganggu Makhluk Gaib

Akhirnya, sekitar pukul tiga sore, kami sampai di Pos terakhir. Kami akan bermalam disini, untuk selanjutnya, menaiki puncak esok pagi. Sudah ada dua tenda disana, tenda pendaki lain yang pastinya sudah lebih dahulu sampai ditempat ini.

Tidak pakai istirahat, kami langsung berbagi tugas. Ada yang mendirikan tenda, ada yang menyiapkan bahan makanan untuk kami makan sore ini. Setelah tenda terpasang, nesting dikeluarkan, bahan masakan disiapkan, kami pun mulai memasak.

Kisah Nyata Paling Horor di Gunung Jawa Barat: Pasangan Tewas "Gancet", Diduga Hipotermia Ekstrem Berujung Maut!

Sayur Sop yang sudah dibersihkan dari rumah dibungkus rapih dengan plastik pembungkus sehingga masih sangat segar ketika dimasak untuk kami makan, telor balado, ikan asin dan bakwan menjadi hidangan kami sore ini. Hhmmm..lezat, apalagi dinikmati diketinggian setelah aktivitas yang sangat menguras tenaga.

Kalau ada yang tanya, kenapa tidak ada Mie Instan?. Tentu saja ada, tapi itu pilihan terakhir jika kami kehabisan bahan makanan, dan hanya memiliki sedikit waktu untuk memasak. Kadang kami berprinsip, pemenuhan gizi saat pendakian itu jauh lebih penting, walaupun makan Mie Instan hangat diketinggian yang dingin ini tentu saja sangat nikmat.

Saya, Widi dan Bang Epps kebagian memasak sore ini. Yang lain menggunakan waktu istirahatnya sambil menikmati indahnya pemandangan dari atas sini. Fahmi dan Usep berfoto-foto di Goa yang berada tidak jauh dari tenda kami. Pak Sakri tentu saja sedang menikmati me-time nya dengan bersandar sambil ditemani rokok favoritenya.

Halaman Selanjutnya
img_title