Yai Mim dari Jatim Bertemu Kang Dedi Mulyadi: Ketika Filsafat Tasawuf Bertemu Konflik Parkir Tetangga!

Yai Mim dari Jatim Bertemu Kang Dedi Mulyadi
Sumber :
  • Youtube

Olret – Obrolan antara Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (KDM), dan seorang dosen serta kiai dari Jawa Timur, Muhammad Imam Muslimin—yang kini viral dengan julukan "Dosen Gendeng"—telah menjadi tontonan yang mengocok perut sekaligus mencengangkan.

Dalam video di kanal YouTube KDM, sang kiai/dosen dengan gamblang membeberkan konflik dengan tetangganya yang berujung viral, yang ia sebut sebagai "drama" dan praktik langsung ilmu psikologi dan tasawuf.

Konflik Parkir yang Berujung "Drama Tasawuf"

 

Kiai Mim, yang berstatus dosen di sebuah perguruan tinggi negeri dan mengaku hampir menjadi guru besar, menceritakan awal mula konflik dengan tetangganya. Masalahnya sepele namun krusial: mobil rental milik tetangganya diparkir persis di depan pintu rumahnya, menghalangi Kiai Mim untuk berangkat mengisi jadwal pengajian subuh.

Alih-alih menyelesaikannya secara tenang, insiden ini justru memicu konfrontasi sengit yang terekam kamera. Kiai Mim menjelaskan bahwa adegan keributan tersebut bukanlah murni kemarahan, melainkan sebuah "drama" yang terkonsep.

"Itu ada teorinya, Pak," ujar Kiai Mim. "Kalau kita terkena sesuatu, kita lawan dengan yang lebih keras. Jatuhkanlah diri Kang Dedi yang lebih sakit daripada ini, supaya enggak stroke—itu perlawanan namanya."

Konsep "Dalang Tuhan": Ia bahkan menggunakan analogi filsafat untuk menjelaskan peristiwa tersebut. Menurutnya, seluruh peristiwa, termasuk keributan dengan tetangga, adalah peristiwa Tuhan di mana Tuhan adalah 'dalang' dan manusia hanyalah 'wayang'. Oleh karena itu, ia melihat insiden tersebut sebagai ujian sabar dan keikhlasan.

Mengundurkan Diri dan Mengajar di Mana-mana

 

Konsekuensi dari viralnya drama ini sangat besar. Kiai Mim mengaku malu dan telah mengajukan pengunduran diri dari jabatannya sebagai dosen.

"Moso' dosen gak diregani (masa dosen tidak dihargai)?" tuturnya. Namun, pengunduran diri tersebut belum diterima. Meski demikian, aktivitas mengajarnya tak berhenti. Ia justru mengambil jalur yang lebih unik: mengajar di mana saja!

"Saya ini pengajar tiap malam, tiap pagi, tiap saat... ngajar online, ngajar di kafe, masih saya di hotel saja tadi malam ya ngajar," ungkapnya. Bahkan, ia mengaku pernah mengajar di pasar dan siap membayar siapapun yang mau mendengarkan pengajiannya, sambil memamerkan setumpuk uang kertas yang ia bawa.

Solusi "Unik" untuk Mengakhiri Konflik

Meskipun Kiai Mim mengklaim konflik tersebut secara pribadi telah berakhir damai pada malam kejadian, kasusnya berlanjut ke ranah hukum. Ketika ditanya KDM bagaimana cara mengakhirinya, Kiai Mim memberikan solusi yang paling "gendeng" dari semuanya.

Ia meyakini bahwa perseteruan itu akan benar-benar selesai dan lingkungan akan kembali damai jika Dedi Mulyadi datang dan hanya lewat di sekitar rumahnya. Kehadiran tokoh publik seperti KDM dinilai memiliki kekuatan moral yang mampu meredakan ketegangan di antara para pihak yang masih bersikukuh pada kebenaran subjektif masing-masing

Pertemuan antara Kiai Mim, sang dosen yang menyikapi konflik sehari-hari dengan kacamata filsafat, dengan Kang Dedi Mulyadi, tokoh yang dikenal dekat dengan masyarakat dan isu kerakyatan, benar-benar menjadi perpaduan menarik yang penuh tawa sekaligus refleksi.

*

Video ini juga sempat memuat segmen laporan tentang rekonstruksi ruas jalan Muhammad Toha-Long Panjang di Jawa Barat, sebuah proyek senilai hampir Rp60 miliar yang ditargetkan selesai akhir tahun 2025.