Jalan Gelap Tukang Bunga: Ilmu Kebal 'Kayu Sembah' yang Menyelamatkan Sekaligus Menjerumuskan

Jalan Gelap Tukang Bunga
Sumber :
  • Youtube Malam Mencekam

Olret – Di balik semerbak harum bunga, seringkali tersimpan kisah kelam penuh tekanan. Hal ini dialami oleh Mas Aab, seorang pemuda yang bekerja sebagai karyawan termuda di sebuah toko bunga di Kota Cirebon sekitar tahun 2010.

Hidup Mas Aab penuh cibiran. Di toko, ia menjadi sasaran perlakuan kasar senior dan omelan pemilik. Di jalanan, saat mengantar pesanan karangan bunga duka cita atau pernikahan bersama sopir toko, Pak Ipung, ia harus berhadapan dengan premanisme yang tak terhindarkan.

Puncaknya, di Indramayu, ia dilempar uang receh dan ditoyor keras karena memprotes pungutan parkir yang tak masuk akal.

Rasa muak dan harga diri yang terinjak melahirkan tekad: ia tak ingin lagi menjadi korban.

 

Mengisi Diri: Lahirnya Ilmu Kebal Kayu Sembah

 

“Makanya, anak muda tuh harus diisi. Biar berani, biar kebal,” bisik Pak Ipung suatu hari.

Kata-kata itu menuntun Mas Aab ke rumah seorang Abah sepuh di selatan Cirebon. Ia memutuskan menjalani laku batin yang berat: tujuh hari tujuh malam puasa mutih, hanya makan nasi dan air putih saat Magrib, dilanjutkan dengan wirid tanpa tidur semalaman.

Tirakat itu penuh ujian. Makhluk hitam bermata merah muncul di malam keempat, dan nenek-nenek berambut panjang menampakkan diri di malam keenam. Dengan ketakutan yang hebat, Mas Aab terus berzikir.

Hingga di malam terakhir, setelah bunyi benda jatuh sebanyak tiga kali, muncullah sebilah kayu kecil berukuran 4x4 cm yang menyengat panas, lalu berubah wangi seperti dupa.

“Itu namanya Kayu Sembah,” ujar Abah. “Dengan ini, tubuhmu akan kebal dari senjata, lawan akan tunduk, bahkan hewan bisa nurut.”

Mas Aab pun pulang dengan jimat tersebut, tak menyadari bahwa ia baru saja memilih jalur hidup yang berbeda.

Kebal Golok dan Kuasa yang Liar

 

Kayu Sembah mengubah segalanya. Ketika kembali dihadang preman yang mengayunkan golok besar, Mas Aab berdiri tegak. Bacokan demi bacokan melayang, namun tak satu pun meninggalkan luka.

Tubuhnya terasa ringan, tanpa rasa sakit. Dalam amarah, ia mampu menendang dada lawannya hingga terjungkal, membuat para preman lari ketakutan dan memohon ampun.