Hati-hati, Lisanmu Adalah Perekam Tak Terlihat

Bergosip
Sumber :
  • freepik.com

3. Al-mutafaihiqun

Mereka yang berbicara dengan membuka mulut sangat lebar untuk menunjukkan keahliannya. Sifat ini juga merupakan turunan dari kesombongan, di mana seseorang merasa lebih unggul dari orang lain hanya dari cara bicaranya.

Ketiga sifat ini memiliki akar yang sama: keinginan untuk menonjolkan diri melalui lisan alih-alih menggunakannya untuk kebaikan.

Bahaya yang Lahir dari Lisan Tak Terkendali

 

Terlalu banyak bicara bukan hanya membuat kita tampak tidak berwibawa, tetapi juga membuka pintu bagi dosa-dosa yang lebih besar:

  • Sombong: Seperti yang disebutkan dalam Surah Al-Baqarah, ucapan yang angkuh dan meremehkan orang lain adalah dosa besar.

  • Berbohong: Ustadz Khalid Basalamah menjelaskan bahwa banyak berbicara seringkali berujung pada kebohongan, disengaja atau tidak. Lisan yang terbiasa mengucapkan hal tak berguna akan mudah tergelincir ke dalam dusta.

  • Mencaci dan Mengutuk: Seorang mukmin sejati tidak mencaci, apalagi menggunakan kata-kata kotor. Lisan yang dijaga adalah cerminan dari hati yang bersih.

 

Renungan untuk Lisan yang Lebih Berharga

 

Pada akhirnya, video ini mengajak kita untuk merenung: Apakah lisan kita digunakan untuk menyebarkan kebaikan atau malah memperbanyak catatan dosa?

Mari kita lebih bijaksana dalam memilih kata-kata. Jadikan lisan kita sebagai jembatan untuk menyampaikan ilmu, kebenaran, dan motivasi, bukan sebagai alat untuk menyebarkan gosip atau kesombongan. Karena sejatinya, kata-kata yang paling berharga bukanlah yang paling banyak, tetapi yang paling bermanfaat.