Alasan Pengendara Motor Jakarta Belum Beralih ke Transportasi Publik
- google image
Meskipun sarana seperti MRT, LRT, KRL, dan TransJakarta sudah tersedia, integrasi antarmoda masih jauh dari sempurna. Tidak semua jalur MRT/LRT memiliki akses langsung ke pemukiman atau tempat kerja.
Banyak rute juga belum dilengkapi feeder atau akses jalan kaki yang aman dan nyaman ke halte. Akibatnya, masyarakat masih merasa kendaraan pribadi lebih andal, terutama jika harus membawa barang, bepergian dengan anak, atau saat jam sibuk.
3. Persepsi Negatif tentang Transportasi Umum
Faktor lain yang membuat warga Jakarta bertahan dengan sepeda motor adalah persepsi negatif seputar transportasi publik. Beberapa di antaranya adalah antrean panjang di stasiun atau halte, berdesak-desakan di dalam bus atau KRL, serta waktu tunggu yang masih cukup lama.
Belum lagi kasus pelecehan seksual, pencurian, hingga isu keselamatan yang kerap terjadi di transportasi publik, yang semakin memperkuat keengganan warga untuk beralih.
Singkatnya, meskipun Jakarta sudah memiliki beragam moda transportasi publik, sepeda motor tetap menjadi pilihan utama bagi banyak warga karena dianggap lebih praktis, cepat, dan ekonomis untuk kebutuhan harian.
Selain itu, harga motor yang semakin kompetitif dengan desain dan fitur yang menggiurkan juga turut menjadi daya tarik tersendiri.