Maharani, Petani Gaharu yang Menghijauan Ratusan Hektar Lahan Kritis di NTB
- Facebook/Semangat Astra Terpadu
Menurut penelitian, gubal gaharu di lahan kritis memiliki kualitas yang lebih bagus dibanding gaharu di tanah subuh. Hal ini karena secara sederhana, gubal terbentuk karena gaharu “tersakiti” oleh proses-proses alam.
Di lahan kritis, kondisi tanah yang kering dan berbatu akan membuat pohon gaharu lebih “menderita” dibandingkan gaharu yang tumbuh di lahan subur.
Karena di lahan kritis, gaharu perlu usaha ekstra untuk tetap tumbuh sehingga perkembangannya menjadi lebih lambat. Kondisi tidak menguntungkan ini sama seperti saat pohon gaharu patah akibat tersambar petir, yang membuat tumbuhan ini “menderita”. Di sisi lain, lahan kritis bisa lebih hijau.
Ratusan Hektar Lahan Kritis NTB Telah Dihijaukan
Maharani dan para petani telah menanam gaharu di lahan seluas 350 hektar di Lombok Utara. Kemudian, 200 hektar di Lombok Barat, 100 hektar di Lombok Tengah, bahkan hingga 500 hektar lahan di Pulau Sumbawa.
Ia tidak sendiri karena ada dukungan pemerintah dan tanggung jawab sosial perusahaan di balik program ini.
Setiap tahun, peminat gaharu ini semakin banyak. Bibit-bibit gaharu ini disediakan Maharani di kebun milik keluarganya. Ada yang gratis untuk petani, tapi ada juga yang dijual (biasanya dalam jumlah banyak).
Maharani sendiri menanam gaharu di halaman rumahnya di Desa Lendang Nangka, Kecamatan Masbagik, Lombok Timur.
Para petani antusias untuk menanam gaharu karena mantan dosen pertanian ini juga mengajari mereka skema bisnis, memberikan akses ke pasar, dan melatih untuk pengembangan produk olahan.
Selain itu, mereka juga diajarkan pola pengaturan panen jika ingin membuat kebun gaharu khusus. Hal ini agar tak semua pohon ditebang bersamaan.
Menurut Maharani, penyuntikan penyakit gaharu ini harus dilakukan bertahap, jangan langsung semua. Ketika tahun depan ingin panen 10 batang gaharu, maka suntik 10 batang saja.
Manfaat Gaharu
Sama seperti pohon kelapa, semua bagian pohon gaharu bisa dimanfaatkan dan tidak ada yang terbuang. Selain gubal yang memiliki nilai paling berekonomi tinggi (Rp5-Rp10 juta per kg), daun gaharu juga bisa dijadikan teh dan ekstrak daun gaharu ini bisa dimanfaatkan sebagai minyak gaharu.