5 Kesalahan Barca yang Membuat Inter Milan Melibasnya

Selebrasi gol pemain Barcelona ke gawang Inter Milan
Sumber :
  • UEFA.com

Olret – Dalam bentrokan yang dianggap sebagai salah satu semifinal terhebat dalam sejarah Liga Champions, Inter Milan mencapai final di Munich setelah mengalahkan Barcelona dengan agregat 7-6 dalam dua leg.

Setelah malam yang emosional di Milan, berikut adalah statistik menonjol yang menunjukkan bagaimana pertandingan diputuskan.

1. Barcelona gagal karena pertahanan yang longgar

Inter vs Barcelona, Liga Champions Mei 2025

Photo :
  • UEFA.com

Meskipun Barcelona telah menunjukkan permainan menyerang yang spektakuler sepanjang musim, pertahanan mereka juga menunjukkan banyak kelemahan, terutama kurangnya kontrol mereka di tiang tinggi yang membuat Inter memiliki banyak celah di kedua pertandingan. Selain itu, kesalahan individu terus bermunculan.

Kebobolan tujuh gol dalam pertandingan sistem gugur selalu menjadi tanda yang mengkhawatirkan dan tidak mengherankan bahwa ini adalah pertama kalinya sejak 1997 mereka kebobolan sedikitnya dua gol di babak pertama dari dua pertandingan Liga Champions berturut-turut, yang menyebabkan akhir yang kejam bagi tim Hansi Flick.

2. Tidak ada lagi “Catenaccio”

Berbeda dengan gaya bertahan sepak bola Italia yang terkenal, Inter di bawah asuhan Inzaghi kali ini menunjukkan tampilan yang sama sekali berbeda, berkontribusi pada pertandingan dengan skenario yang tak terbayangkan.

Enam gol yang masuk setelah dua pertandingan lebih banyak dari jumlah total gol yang masuk ke Inter di seluruh kompetisi Liga Champions musim ini (hanya lima gol setelah 12 pertandingan).

Namun, pelatih Inzaghi tetap membuktikan kelasnya dengan membawa tim ke final kedua sejak menjabat pada tahun 2021, sebuah prestasi yang hanya ia dan pelatih Carlo Ancelotti capai selama periode ini.

3. Denzel Dumfries: Faktor Ledakan

Denzel Dumfries merayakan gol ke gawang Atalanta

Photo :
  • Football Italia

Bintang paling cemerlang di Inter tak lain adalah Denzel Dumfries. Ia dianggap sebagai “pemain terbaik” di kedua pertandingan: mencetak 2 gol, memberikan assist untuk gol pembuka di Montjuïc, lalu terus memberikan 2 assist di leg kedua.

Dumfries tidak hanya meledak dalam serangan, ia juga mengunci Raphinha selama hampir 210 menit permainan. Pemain asal Belanda itu menjadi pemain keempat dalam sejarah Liga Champions yang mencetak setidaknya dua gol dan memberikan setidaknya dua assist di semifinal.