Ada Saat Kita Saling Marah Satu Sama Lain, Aku Marah Karena Keegoisanmu
- https://www.freepik.com/
Jakarta, Olret – Selalu menyenangkan berdiskusi dengan kamu. Eh, ralat lebih banyak menyenangkannya. Tidak selalu. Ada saat-saat kamu juga menyebalkan. Ada saat dimana aku benci menghadapi egonya kamu yang nggak mau kalah. Ada saat kita tak menemukan jalan tengah dan tetap berpegang pada prinsip masing-masing.
Ada saat kita saling marah antara satu dan yang lainnya. Aku marah karena keegoisan kamu. Kamu marah karena kekanakanku. Tapi memang begitulah hidup berumah tangga. Ada dua hati dan dua kepala dengan isi berbeda yang harus dipertemukan. [Kutipan Buku Genap2]
Bukan Bersama Siapa Kita Akan Bahagia Tapi Bagaimana Kita Bisa Bahagia Bersama Siapa pun yang Nantinya Menjadi Pendamping Hidup.
Lagi pula, siapa pun kamu nantinya, seperti apa pun sosok kamu yang dikirim Tuhan untuk menggenapiku, sekarang aku tak lagi merasa sedang menunggumu, sejak aku mengerti bahwa menunggu adalah bagian dari pertemuan itu sendiri.
Jadi seumpama Tuhan baru mempertemukan kita setahun kemudian misalkan, maka sebenarnya pertemuan itu sudah dimulai sejak aku sadar dan mempersiapkan diri selayak mungkin untuk menyambut kamu, siapapun kamu yang akan datang itu. Siapa pun kamu yang sudah Dia siapkan untukku. [Kutipan Buku Genap1]
Kita Hanya Bisa Mengendalikan Hati Kita Sendiri, Tidak Dengan Hati Orang Lain.
Sesulit apapun itu, menyembuhkan luka di hati sendiri, jauh lebih mudah daripada menyembuhkan luka di hati orang lain. Apalagi, jika kitalah yang menyebabkan luka itu. Jadi daripada mereka yang tersakiti karena perlakuan kita, biarlah kita yang mengalah untuk mencoba memahami mereka, walaupun mungkin itu akan sedikit menyakiti kita.
Tapi setidaknya, kita punya kuasa atas hati kita sendiri. Kita bisa menata hati kita, menyembuhkannya perlahan-lahan, sampai di titik tertentu, hati kita tidak sakit lagi oleh luka yang sama. Sampai hati kita lebih kuat dan lebih tulus lagi dalam menyikapi hidup. Dan semua itu tak bisa kita lakukan pada hatinya orang lain. [Kutipan Buku Menata Hati]
Sebaik-Baiknya Perhiasan Ialah Wanita yang Shalehah, Istri yang Shalehah dan Ibu yang Shalehah.
Banyak wanita yang berlomba-lomba memakai perhiasan yang bagus. Kalung, cincin, gelang, mutiara, berlian dan aksesoris lainnya yang membuat lebih cantik, mewah, elegan, enak dipandang mata. Tanpa menyadari bahwa perhiasan yang paling indah di dunia ini ada dalam dirinya sendiri.
Bukan pada apa yang dia pakai. Tapi apa yang ada di dalam dirinya sendiri itu harus diusahakan dan diperjuangkan dulu, tidak otomatis muncul. Dengan ilmu, dengan amal, dengan terus menerus. Karena sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita yang shalihah. Istri yang shalihah. Ibu yang shalihah. [Kutipan Buku Genap2]
Jakarta, Olret – Selalu menyenangkan berdiskusi dengan kamu. Eh, ralat lebih banyak menyenangkannya. Tidak selalu. Ada saat-saat kamu juga menyebalkan. Ada saat dimana aku benci menghadapi egonya kamu yang nggak mau kalah. Ada saat kita tak menemukan jalan tengah dan tetap berpegang pada prinsip masing-masing.
Ada saat kita saling marah antara satu dan yang lainnya. Aku marah karena keegoisan kamu. Kamu marah karena kekanakanku. Tapi memang begitulah hidup berumah tangga. Ada dua hati dan dua kepala dengan isi berbeda yang harus dipertemukan. [Kutipan Buku Genap2]
Bukan Bersama Siapa Kita Akan Bahagia Tapi Bagaimana Kita Bisa Bahagia Bersama Siapa pun yang Nantinya Menjadi Pendamping Hidup.
Lagi pula, siapa pun kamu nantinya, seperti apa pun sosok kamu yang dikirim Tuhan untuk menggenapiku, sekarang aku tak lagi merasa sedang menunggumu, sejak aku mengerti bahwa menunggu adalah bagian dari pertemuan itu sendiri.
Jadi seumpama Tuhan baru mempertemukan kita setahun kemudian misalkan, maka sebenarnya pertemuan itu sudah dimulai sejak aku sadar dan mempersiapkan diri selayak mungkin untuk menyambut kamu, siapapun kamu yang akan datang itu. Siapa pun kamu yang sudah Dia siapkan untukku. [Kutipan Buku Genap1]
Kita Hanya Bisa Mengendalikan Hati Kita Sendiri, Tidak Dengan Hati Orang Lain.
Sesulit apapun itu, menyembuhkan luka di hati sendiri, jauh lebih mudah daripada menyembuhkan luka di hati orang lain. Apalagi, jika kitalah yang menyebabkan luka itu. Jadi daripada mereka yang tersakiti karena perlakuan kita, biarlah kita yang mengalah untuk mencoba memahami mereka, walaupun mungkin itu akan sedikit menyakiti kita.
Tapi setidaknya, kita punya kuasa atas hati kita sendiri. Kita bisa menata hati kita, menyembuhkannya perlahan-lahan, sampai di titik tertentu, hati kita tidak sakit lagi oleh luka yang sama. Sampai hati kita lebih kuat dan lebih tulus lagi dalam menyikapi hidup. Dan semua itu tak bisa kita lakukan pada hatinya orang lain. [Kutipan Buku Menata Hati]
Sebaik-Baiknya Perhiasan Ialah Wanita yang Shalehah, Istri yang Shalehah dan Ibu yang Shalehah.
Banyak wanita yang berlomba-lomba memakai perhiasan yang bagus. Kalung, cincin, gelang, mutiara, berlian dan aksesoris lainnya yang membuat lebih cantik, mewah, elegan, enak dipandang mata. Tanpa menyadari bahwa perhiasan yang paling indah di dunia ini ada dalam dirinya sendiri.
Bukan pada apa yang dia pakai. Tapi apa yang ada di dalam dirinya sendiri itu harus diusahakan dan diperjuangkan dulu, tidak otomatis muncul. Dengan ilmu, dengan amal, dengan terus menerus. Karena sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita yang shalihah. Istri yang shalihah. Ibu yang shalihah. [Kutipan Buku Genap2]
/span>
Karena Lamanya Pacaran, Tak Menjamin Pernikahan Langgeng. Saling Percaya Kuncinya!
Saya pernah berpacaran sekitar 4tahunan dan baru putus tahun lalu, bukan waktu yg sebentar kan? usia saya sekarang 24tahun. Sebut saja mantan saya ini dika ya (bukan nama asli).
Dia memang pacar pertama saya, saya sangat cinta dan sayang sama dia DULU ya tapi haha. Saya punya banyak kenangan sama dia yg terlalu pahit buat di kenang. Semua hal seperti kissing, cuddle, bahkan sampai ke ML pun saya lakukan sama dia.
Entah, mungkin saya terlalu polos waktu itu. Namanya anak baru pacaran dan takut di tinggal, akhirnya mau lah saya melakukan dosa itu dan berakhir virgin saya hilang. Saya menyesal sekali sampai sekarang.
saya kenal sama semua keluarganya, saya diterima baik di keluarga itu. ibunya juga menyukai saya, papanya, kakanya juga suka sama saya. Mama saya juga suka sama dia,papa saya pun begitu. Saya sukses buat semua teman teman saya iri kala itu.
Tapi ketika dia memasuki kuliah semester berapa saya lupa, dia mulai berubah. Dia kenal dengan teman wanita di kelasnya, sebut aja Alda. Dia gak pernah mau hp nya saya pegang, dia berubah drastis.
Puncaknya adalah ketika mereka mulai berani terang-terangan dm an di instagram dengan panggilan spesial. wah bangsat kataku. Aku tanya ke Dika, alda ini siapa. dia jawab, temannya. tapi teman biasa tidak akan punya panggilan spesial begitu kan?
saya yang hari itu kalap, bingung,marah,kecewa, dan gak tahu harus bagaimana lagi cuma bisa menangis. Tidak butuh waktu lama, saya diputusin. Beberapa hari kemudian mereka resmi pacaran.
Update feed instagram. Demi Tuhan saya berpikir apa saya memang gak pernah ada di hidup dia? semudah itu dia lupa sama saya. berbulan bulan saya murung, saya selalu berpikir untuk tidak usah kenal dengan laki laki lagi. laki laki cuma ingin tubuh wanita. ketika mereka sudah mendapatkan itu, mereka pergi. kira kira seperti itulah saya tahun lalu.
Lalu saya mulai dapat sedikit semangat untuk mulai menata hidup, saya mulai berdandan lagi, ceria lagi, main lagi. saya tidak menunjukkan bahwa saya sedih di depan publik.
Hingga suatu hari dia dm saya menanyakan kabar. saya jawab baik. saya selalu menjawab pertanyaannya dengan amat sangat baik dan halus, tidak pernah menyindir tentang hubungan mereka. Saya tetap pada pendirian saya untuk selalu baik pada sesama meskipun sudah dibuat kecewa.
akhirnya, dia mendatangi rumah saya. saya terima dengan baik, saya ajak dia masuk. oh iya, mama ku tahu ga kalo aku sudah ga sama dika? tentu tidak tau, mama masih beranggapan Dika masih milik saya nyatanya sudah bukan. Dia menangis di hadapan saya dengan tersedu-sedu, dia memohon untuk balik lagi ke saya.
Respon saya? saya Diam. senyum. buat dia tenang dulu, lalu saya bicara. saya masih ingat betul,dan sedikit tidak percaya juga karena saya berkata seperti ini "Dika, sudah gak usah menangis. Gua sudah maafin lu dari awal, yang lalu biarin berlalu. Makasih udah ngajarin banyak hal, Life must go on dik. Tetap sama pilihan lu yabg sekarang, anggep aja gua teman biasa ya. maaf, gua gabisa dan gaakan pernah bisa sama lu lagi"
Demi tuhan, saya sangat sakit waktu itu. saya sendiri juga gak ngerti kenapa saya bisa bicara seperti itu dengan nada yg lembut, tidak ada kesan marah. Akhirnya dia menangis pilu lagi, tapi saya tetap pada pendirian saya untuk tidak menerimanya kembali.