Fenomena Pelakor Merajalela, Benarkah Mencintai Suami Orang itu Takdir?

Ilustrasi pasangan selingkuh
Sumber :
  • https://www.pexels.com/@Luis-Zambrano-3782493

Padahal jelas bahwa nobody perfect adalah sifat yang melekat pada manusia. Hilangnya rasa syukur akan pasangan sah mengaburkan semua kebaikan pasangan.

Lemahnya iman juga menjadi pemicu orang mudah tergoda melakukan kemaksiatan. Dalam agama apapun pastilah perzinahan tidak dianjurkan dan tergolong perbuatan dosa.

Kok mau sih menjalin hubungan dengan suami ataupun istri orang?

Alih-alih minta maaf dengan penuh penyesalan, kebanyakan pelakor justru membela diri. Kalimat umum yang banyak terucap seperti:

-"Bukan aku yang mulai, suamimu yang mau sama aku. Ngejar-ngejar duluan."

-"Tanyain suamimu kenapa lebih suka aku dibanding kamu istrinya."

-"Pantaslah suaminya berpaling ke aku, orang gak bisa jaga penampilan gitu!"

Dan masih banyak kata-kata lain yang memojokkan istri sah. Seakan kesalahan memang terletak pada seorang istri yang sudah mengorbankan tenaga dan waktunya mengurus rumah tangga, suami, anak sampai-sampai tak sempat memanjakan diri sendiri.

Sungguh keji bukan. Padahal kita tahu bahwa ketika lelaki berusaha merayu, jika si perempuan tegas tak mau maka hubungan terlarang pun tak akan terjadi.

So, perselingkuhan adalah persetujuan dua orang yang secara sadar melakukan tindak kebohongan demi menutupi perbuatan yang membuat terlena tanpa memikirkan pihak-pihak yang akan tersakiti termasuk istri, anak-anak, keluarga. Asas saling memenuhi kebutuhan. Yang satu haus belaian perempuan yang satu butuh cuan demi memenuhi gaya hidup.

Tak hanya lelaki, para wanita doyan selingkuh juga marak. Polanya tetap sama akan mencari pembenaran tentang sikap tidak terpuji mereka. Susah memang kalau hati sudah gelap.

Harus bagaimana kalau suami atau istri kecantol orang lain?

Kembali pada keputusan masing-masing. Setiap orang pasti memiliki pandangan tersendiri tentang pasangannya apabila telah ketahuan memiliki idaman lain. Ada yang bertahan demi anak, langsung meminta cerai, masih memberi kesempatan, bersikap bodoh amat yang penting uang bulanan lancar dan lain sebagainya

Tentu saja kita tidak bisa memaksakan pendapat kita agar mereka pisah saja daripada terus direndahkan. Karena setiap orang pasti mempunyai alasan mengapa merasa harus tetap mempertahankan rumah tangga yang sejatinya pondasi kepercayaan telah koyak.