Karakteristik yang Terbentuk dari Anak Fatherless

Ayah mengurus anaknya
Sumber :
  • freepik.com

Olret – Fenomena fatherless atau ketidakhadiran figur ayah dalam kehidupan anak kini semakin sering terjadi. Entah karena perceraian, kesibukan bekerja, hingga alasan emosional seperti ayah yang hadir secara fisik tapi absen secara batin.

Meski tampak sepele, ternyata peran ayah punya pengaruh besar terhadap pembentukan karakter dan kepribadian anak.

Yuk, kita bahas seperti apa karakteristik yang biasanya terbentuk dari anak yang tumbuh tanpa sosok ayah, dan bagaimana cara mengatasinya.

1. Cenderung Kurang Percaya Diri

Anak yang tumbuh tanpa bimbingan atau dukungan ayah sering kali memiliki self-esteem yang lebih rendah. Ini karena sosok ayah biasanya berperan sebagai “peneguh” dalam diri anak, orang yang memberi rasa aman, bangga, dan validasi.

Tanpa hal itu, anak bisa merasa kurang cukup baik atau mudah ragu dengan kemampuannya sendiri. Akibatnya, mereka sering mencari pengakuan dari orang lain untuk merasa berharga.

2. Sulit Mengatur Emosi

Ayah biasanya berperan sebagai “penyeimbang” dalam pola asuh. Jika ibu memberi kasih sayang dan empati, maka ayah sering menjadi sumber disiplin dan logika.

Ketika peran ini hilang, anak bisa tumbuh dengan kontrol emosi yang kurang stabil. Mereka bisa jadi mudah marah, sensitif, atau justru menekan perasaan karena tidak terbiasa menyalurkan emosi dengan sehat.

3. Rentan Mengalami Masalah Hubungan Sosial

Menurut penelitian dari Journal of Family Psychology, anak yang tumbuh tanpa figur ayah cenderung lebih kesulitan membangun hubungan yang sehat dengan orang lain baik itu pertemanan, pasangan, maupun hubungan profesional.

Mereka bisa jadi terlalu takut ditinggalkan (karena trauma kehilangan), atau sebaliknya, justru sulit mempercayai orang lain karena merasa semua orang bisa pergi kapan saja.

4. Cenderung Mencari Figur Pengganti

Salah satu ciri khas anak fatherless adalah keinginan kuat untuk mencari figur ayah di luar keluarga. Bisa dalam bentuk guru, teman yang lebih tua, atau bahkan pasangan.

Namun, jika tidak disadari, pencarian ini bisa berujung pada ketergantungan emosional. Anak mungkin jadi mudah terikat, sulit “move on”, atau rela melakukan apa pun demi mempertahankan seseorang yang memberi rasa aman.