Bagaimana Cara Kerja AI Bisa Menyebabkan Burnout?

tools AI
Sumber :
  • pinterest

 

4. Rasa Tidak Aman Karena Takut Tergeser AI

AI memang menawarkan efisiensi, tapi juga menimbulkan rasa cemas. Sebagian pekerja khawatir perannya akan digantikan sepenuhnya oleh mesin. Rasa tidak aman ini bisa memengaruhi kesehatan mental.

Ketika seseorang bekerja sambil dihantui rasa takut kehilangan pekerjaan, ia lebih rentan stres, mudah lelah, dan akhirnya jatuh pada burnout. Studi dari Harvard Business Review mencatat bahwa ketidakpastian karier adalah salah satu pemicu utama stres di era digital.

 

5. Overload Informasi dari Sistem AI

Salah satu kekuatan AI adalah kemampuannya mengolah data dalam jumlah besar. Namun, justru di situlah masalah muncul. Ketika AI menyajikan terlalu banyak laporan, rekomendasi, atau insight dalam waktu singkat, otak manusia bisa kewalahan.

Fenomena ini disebut information overload. Alih-alih membantu, informasi yang berlebihan bisa membuat seseorang sulit mengambil keputusan, merasa tertekan, hingga akhirnya burnout.

 

Bagaimana Mengantisipasi Burnout di Era AI?

Meski terdengar menakutkan, bukan berarti kita harus menjauhi AI. Justru, kuncinya ada pada cara kita beradaptasi dan menetapkan batas sehat. Berikut beberapa langkah yang bisa membantu:

  • Tetapkan jam kerja yang jelas. Jangan biarkan notifikasi sistem AI mengganggu waktu istirahat.
  • Pilih informasi yang relevan. Gunakan AI untuk membantu, bukan untuk membanjiri diri dengan data yang tidak penting.
  • Belajar secukupnya. Upgrade skill memang perlu, tapi lakukan dengan ritme yang realistis.
  • Diskusikan dengan atasan. Jika beban kerja akibat penggunaan AI terasa berlebihan, bicarakan agar bisa ditemukan solusi.
  • Jaga kesehatan mental. Olahraga, meditasi, dan tidur cukup tetap jadi kunci untuk mengurangi risiko burnout.

 

 

AI memang membawa banyak manfaat dalam dunia kerja, mulai dari efisiensi hingga produktivitas. Namun, cara kerja teknologi ini juga bisa mendorong manusia menuju burnout, terutama jika tidak ada batasan yang jelas. Kecepatan mesin, tuntutan skill baru, rasa cemas kehilangan pekerjaan, hingga overload informasi semuanya bisa menambah tekanan dalam hidup sehari-hari.

Kuncinya ada pada keseimbangan. Manusia tetap perlu mengendalikan teknologi, bukan sebaliknya. Dengan bijak memanfaatkan AI, kita bisa menikmati manfaatnya tanpa harus mengorbankan kesehatan mental. Karena pada akhirnya, sehebat apa pun mesin bekerja, yang paling penting tetaplah kesejahteraan manusia.