Apa Itu Otrovert? Bedanya dengan Introvert dan Ekstrovert

Ilustrasi interaksi sosial
Sumber :
  • Pexels/Brett Sayles

Olret – Kamu mungkin sudah sering dengar istilah introvert dan ekstrovert. Dua kepribadian ini populer banget dibahas di media sosial, bahkan sering jadi bahan meme. Tapi, belakangan muncul istilah baru yang bikin banyak orang penasaran: otrovert. Sebenarnya apa itu otrovert? Benarkah ini tipe kepribadian baru atau sekadar tren istilah di internet? Yuk, kita bahas dengan santai tapi tetap ilmiah supaya nggak salah paham.

 

Mengenal Otrovert

Otrovert berasal dari kata “other” yang artinya lain. Istilah ini pertama kali ramai diperbincangkan di TikTok dan X, di mana orang-orang merasa tidak cocok jika dimasukkan hanya ke dalam dua kategori klasik: introvert atau ekstrovert.

Sederhananya, otrovert menggambarkan orang yang kadang bisa jadi ekstrovert, kadang introvert, tergantung situasi, suasana hati, atau lingkungannya. Jadi, otrovert bukan tipe kepribadian baku yang diakui dalam psikologi klasik, melainkan istilah populer yang muncul karena banyak orang merasa dirinya berada di “tengah-tengah”.

 

Bedanya dengan Introvert

Introvert biasanya lebih nyaman menghabiskan waktu sendirian, melakukan refleksi diri, atau aktivitas tenang seperti membaca, menulis, dan mendengarkan musik. Energi mereka sering terkuras jika terlalu lama berada di keramaian.

Nah, orang otrovert berbeda. Mereka mungkin menikmati momen menyendiri, tapi bukan berarti selalu menghindari interaksi sosial. Misalnya, saat suasana hati sedang bagus, otrovert bisa sangat aktif ngobrol di pesta. Namun, ketika sedang lelah, mereka lebih memilih pulang cepat untuk me-time.

Artinya, otrovert tidak seteguh introvert yang konsisten nyaman dalam kesendirian. Mereka lebih fleksibel menyesuaikan diri dengan keadaan.

 

Bedanya dengan Ekstrovert

Ekstrovert identik dengan pribadi yang ramah, suka bergaul, dan mendapatkan energi dari keramaian. Mereka cenderung gampang beradaptasi, cepat akrab, dan nggak betah kalau terlalu lama sendirian.

Otrovert berbeda. Mereka tidak selalu butuh keramaian untuk merasa bahagia. Kadang, pesta besar bikin mereka semangat, tapi di lain waktu justru terasa melelahkan. Mereka bisa senang berinteraksi, tapi juga sadar kapan harus menarik diri untuk mengisi ulang energi.

Jadi, kalau ekstrovert hampir selalu “on fire” di keramaian, otrovert lebih seperti lampu dimmer intensitasnya bisa dinaikkan atau diturunkan sesuai kondisi.

 

Mirip dengan Ambivert?

Nah, di sini banyak orang bertanya: otrovert ini sama dengan ambivert, nggak sih?

Ambivert adalah istilah dalam psikologi untuk menggambarkan orang yang punya ciri-ciri introvert sekaligus ekstrovert dalam proporsi seimbang. Jadi, ambivert bisa fleksibel: kadang suka menyendiri, kadang butuh keramaian.

Kalau dilihat sekilas, otrovert memang mirip ambivert. Bedanya, ambivert sudah dikenal lama dalam kajian psikologi, sedangkan otrovert lebih ke istilah populer yang lahir dari media sosial untuk menggambarkan hal serupa dengan cara yang lebih relatable.

 

Ciri-Ciri Otrovert

Biar makin jelas, ini beberapa ciri yang biasanya ada pada otrovert:

  • Bisa aktif bersosialisasi, tapi cepat merasa lelah jika terlalu lama di keramaian.
  • Menikmati waktu sendiri, tapi juga tidak menolak hangout dengan teman.
  • Fleksibel menyesuaikan diri dengan suasana dan orang-orang di sekitar.
  • Kadang dianggap introvert oleh satu kelompok, tapi terlihat ekstrovert oleh kelompok lain.
  • Lebih mengutamakan kenyamanan diri dibanding label kepribadian.

Kalau ciri-ciri ini mirip dengan dirimu, bisa jadi kamu termasuk kategori otrovert.

 

Kenapa Banyak Orang Merasa Cocok dengan Otrovert?

Ada alasan menarik kenapa istilah ini cepat populer. Banyak orang sebenarnya tidak sepenuhnya introvert atau ekstrovert. Mereka merasa kepribadian mereka lebih kompleks dan bisa berubah sesuai situasi.

Otrovert memberikan istilah yang terasa lebih “masuk akal” untuk menggambarkan hal ini. Dengan kata lain, istilah ini jadi semacam pelengkap buat mereka yang merasa berada di “zona abu-abu”.

 

Jadi, Perlu Ngelabel Diri?

Psikologi modern menekankan bahwa kepribadian itu spektrum, bukan kotak-kotak kaku. Kita bisa punya kecenderungan introvert, ekstrovert, atau berada di tengah-tengah (ambivert/otrovert).

Yang lebih penting daripada sekadar memberi label adalah mengenali kebutuhan diri sendiri. Kalau sedang butuh menyendiri, nggak masalah menolak ajakan kumpul. Kalau lagi butuh interaksi, nggak salah juga keluar rumah dan bersosialisasi.

 

Otrovert mungkin bukan istilah resmi dalam psikologi, tapi keberadaannya membantu banyak orang merasa “punya tempat”. Bedanya dengan introvert dan ekstrovert terletak pada fleksibilitas: otrovert bisa jadi keduanya sesuai situasi.

Intinya, jangan terlalu sibuk melabeli diri. Yang terpenting adalah memahami kebutuhan energi sosialmu sendiri. Dengan begitu, kamu bisa menjaga kesehatan mental dan tetap merasa nyaman, baik saat bersama orang lain maupun saat sendirian.