Dari Legenda ke Lensa: Andri Mardiansyah Merajut Mitos Harimau Sumatera dalam Karya Fotografi
- Andri Mardiansyah
Olret – Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang dengan bangga mengumumkan bahwa Andri Mardiansyah, mahasiswa Pascasarjana Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni, berhasil meraih gelar Magister Seni.
Keberhasilan ini diraih setelah Andri sukses mempertahankan tesisnya yang berjudul "Mitos Inyiak Balang dalam Karya Fotografi Dokumenter".
Gelar Magister Seni dengan minat studi Fotografi ini merupakan puncak dari perjalanan akademik Andri yang fokus pada pengangkatan mitos "Inyiak Balang" sejak awal masuk Pascasarjana ISI Padang Panjang pada tahun 2023.
"Judul ini tidak datang tiba-tiba, sudah melalui proses perenungan yang panjang. Setelah menerima masukan dari banyak pihak, 'Mitos Inyiak Balang dalam Karya Fotografi Dokumenter' dikunci menjadi judul tesis," terang Andri, Senin, 28 Juli 2025.
Membingkai Keagungan "Inyiak Balang"
Harimau Sumatera
- Andri Mardiansyah
Bagi masyarakat Minangkabau, "Inyiak Balang" adalah sebutan penuh hormat untuk Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae). Satwa pemuncak ini bukan hanya dihormati sebagai entitas karismatik, tetapi juga telah menjelma menjadi simbol kebudayaan yang melekat erat dengan narasi legenda dan mitos.
"Bicara tentangnya, kadung melekat dengan naratif legenda mitos yang hidup dan berkembang di tengah masyarakat hingga kemudian mengandung nilai atau dimensi spiritual. Narasi-narasi yang menceritakan mitos Inyiak Balang, terus berkembang bahkan, sudah menjadi tradisi lisan turun-temurun," jelas Andri.
Andri memilih fotografi dokumenter sebagai medium utama dalam karyanya karena relevansinya yang tinggi dalam mempresentasikan mitos ini secara gamblang.
"Fotografi dokumenter, menyajikan gambar secara jelas, apa adanya. Sehingga mampu menyampaikan cerita langsung mengenai subjek yang diangkat dengan harapan, publik dapat merasakan langsung fenomena seperti apa adanya," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa fotografi dokumenter lebih dari sekadar mengabadikan momen; ia adalah sebuah seni yang membekukan realitas, mengisahkan cerita, dan memberikan wawasan mendalam tentang dunia di sekitar kita.
Pendekatan Fenomenologi dan Realisme Magis
Harimau Sumatera
- Andri Mardiansyah
Untuk menggali makna yang lebih dalam dari objek penelitiannya, Andri Mardiansyah mengaplikasikan pendekatan fenomenologi yang berakar pada pemikiran Edmund Husserl. Selain itu, pengembangan karyanya juga mengadopsi kajian realisme magis, yang mengisyaratkan dimensi mistis dalam kenyataan.
Istilah realisme magis, yang pertama kali diperkenalkan oleh kritikus seni Jerman Franz Roh pada tahun 1925 dalam konteks lukisan, menjadi landasan bagi Andri.
"Franz Roh menegaskan bahwa, aspek terpenting dalam lukisan realisme magis adalah misteri pada objek konkret yang harus dimunculkan dalam bentuk lukisan realis," tutur Andri.
Pendekatan ini memungkinkan Andri untuk menyatukan realitas visual dengan elemen-elemen spiritual dan mistis yang melekat pada mitos "Inyiak Balang".
Pameran dan Harapan Konservasi
Tesis Andri memuat 18 karya foto, dengan 10 di antaranya merupakan karya utama yang berkaitan langsung dengan mitos "Inyiak Balang", dan 8 lainnya sebagai karya pendukung.
Seluruh karya ini telah dipamerkan di Gedung Pertunjukan Hoeridjah Adam, ISI Padang Panjang, lengkap dengan buku tematik visual, poster, dan infografis. "Pameran ini bagian dari proses penciptaan karya tugas akhir," tambah Andri.
Pameran yang diselenggarakan pada Jumat, 18 Juli 2025, juga mendapat dukungan dari Tropical Forest Conservation Action-Sumatera (TFCA-Sumatera), sebuah program konservasi hutan dan spesies yang didanai melalui skema Debt-for-Nature Swap antara Pemerintah Amerika Serikat dan Indonesia.
Andri berharap tesis dan seluruh karyanya tidak hanya memperkaya khazanah seni, khususnya fotografi, tetapi juga menjadi jembatan pemahaman yang lebih baik antara masyarakat, budaya, dan upaya konservasi Harimau Sumatera.
"Narasi yang menceritakan soal mitos inyiak balang, akan terus ada. Meski kemudian ia dianggap entitas sakral yang harus dihormati, jangan lupa bahwa ia juga satwa yang kian hari eksistensinya kian terancam. Jaga dan lindungilah, jangan sampai mengikuti jejak saudaranya dari tanah Bali dan Jawa, mati lalu punah," tutup Andri Mardiansyah, mengingatkan pentingnya pelestarian satwa ikonik ini.