Healing atau Kabur dari Masalah? Ketika Gen Z Habiskan Uang demi ‘Self-Reward’ yang Malah Bikin Stres
- Freepik: tawatchai07
Jakarta, Olret – Fenomena Gen Z yang gemar menghabiskan uang untuk "self-reward" justru memicu stres finansial. Apakah ini bentuk healing atau pelarian dari masalah? Simak analisisnya!
Tren "self-reward" di kalangan Gen Z kerap dianggap sebagai bentuk self-care. Namun, di balik kebiasaan belanja barang branded, langganan streaming, atau nge-gift idol K-pop, tersembunyi masalah finansial yang justru memicu stres.
Alih-alih healing, banyak anak muda justru terjebak dalam lingkaran konsumtif yang sulit dikendalikan.
Self-Reward atau Pelarian?
Data menunjukkan 28% remaja Indonesia pernah terlibat ju** online, dengan kerugian mencapai triliunan rupiah.
Selain itu, banyak Gen Z yang memaksakan diri membeli iPhone terbaru atau sepatu branded meski penghasilan pas-pasan—seringkali menggunakan paylater.
Psikolog finansial, Dr. Andika Putra, menjelaskan, "Gen Z tumbuh di era instan dan media sosial, di mana gaya hidup mewah dianggap sebagai tolok kesuksesan. Mereka mencari validasi dengan cara konsumtif, tapi ujung-ujungnya malah terbebani."
Dari Nge-Gift Idol hingga Langganan yang Tak Terpakai
Selain ju** online, fenomena lain yang marak adalah:
- Nge-gift idol – Rela menghabiskan jutaan rupiah untuk donasi atau hadiah virtual kepada streamer atau artis K-pop, padahal tak mendapat imbalan nyata.
- Subscription overload – Langganan Netflix, Spotify, gym, hingga meal prep, tapi jarang dipakai.
- Healing berkedok boros – Jalan-jalan ke Bali atau nonton konser demi "me-time", tapi pulang malah stres karena dompet kosong.
Kapan Self-Reward Jadi Masalah?
Menurut Andika, self-reward wajar asal memenuhi kriteria:
- Balik modal – Baik secara finansial (misal: laptop buat kerja) atau kebahagiaan.
- Tidak ganggu prioritas – Jangan sampai nabung atau dana darurat terbengkalai.
- Ada diversifikasi aset – Investasi kecil-kecilan di saham atau crypto bisa jadi alternatif.
Solusi: Literasi Keuangan dan Mindset Berubah
Alih-alih terjebak gaya hidup instan, Gen Z perlu:
- Buat anggaran jelas – Pisahkan uang untuk kebutuhan, tabungan, dan hiburan.
- Investasi kecil-kecilan – Platform seperti Nanovest atau reksadana bisa jadi awal belajar.
- Evaluasi motivasi belanja – Apakah benar kebutuhan atau sekadar ikut tren?
Self-reward sah-sah saja, tapi jika berujung pada hutang dan stres, artinya itu bukan healing—melainkan pelarian. Gen Z perlu lebih bijak mengelola keuangan sebelum kebiasaan konsumtif ini jadi bom waktu finansial. *OF