Bukan Rumah Mewan, Namun Pangkuan Dan Pelukan Ibu Tempat Terbaik Untuk Pulang

Berbakti kepada ibu
Sumber :
  • tiktok

Seringkali aku dibuat kesal olehnya karena sikapnya yang menurutku terlalu membatasiku sangat berlebihan. Aku sudah cukup dewasa untuk melakukan hal yang membuatku ingin tahu, aku pun sudah bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah untukku.

Tetapi aku masih saja diperlakukan seperti anak kecil yang belum mengerti apa-apa, sikapnya inilah yang membuatku marah dan tidak terima diperlakukan seperti ini. Tapi aku tahu seorang Ibu tak pernah sadar jika anaknya bukan lagi kanak-kanak.

Aku pun mengerti ibu khawatir seperti ini karena darah, daging, air susu Ibu, semuanya menyatu dalam tubuhku. Maka wajar jika ia khawatirkanku, itu karena ia peduli.

Tak jarang pula aku membuatnya kecewa, sedih dan tanpa sengaja selalu menyakiti perasaanmu karena ulahku. Tak hanya sekali aku membuatmu menangis, tanpa meminta maaf setelahnya.

Aku tak tahu, bagaimana perasaan ibu kala itu. Mungkin sakitnya melebihi saat melahirkanku. Tapi jauh di lubuk hatiku, aku sangat menyayangimu dan takut kehilanganmu. Menyesal! aku menyesal Ibu, telah menyakitimu seperti ini. Tak pernah berniat sedikitpun untukku melakukan ini kepadamu.

Maafkan anakmu ini bu, tidak dapat memberikan yang terbaik untukmu, seperti yang kudapatkan darimu ketika kecil.

Maafkan atas semua sifatku yang tak sengaja menyakitimu. Maafkan aku atas setiap tetes air mata yang membasahi wajah cantikmu hanya karena sikapku yang mengecewakanmu.

Malaikat di duniaku adalah Ibu, malaikat pelindung yang siap 24 jam menjagaku. Perempuan tulus yang tak pernah lupa caranya menyayangiku dan memperhatikan setiap aktivitasku setiap hari, jam, menit, bahkan detik.

Ia selalu ada untukku saat suka maupun duka. Ia pula yang selalu memahami setiap inginku dan yang selalu memberiku semangat tiada hentinya di saat asaku mulai sayup. Ia pula yang memberiku banyak pelajaran serta pengalaman yang sangat berarti tentang kehidupan. Sungguh mulia sosok Ibu, tidaklah salah bila surga-Nya berada di telapak kaki Ibu.

Ibu di mataku sosok yang tak kenal lelah, ia rela bekerja dari sebelum terbitnya matahari hingga terbenamnya matahari. Ibu selalu tersenyum, meskipun aku tahu di balik senyumnya terpancar rasa yang teramat lelah.